Jumat, 19 Januari 2018

Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 10

Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 10

Presentasi dibawakan oleh kelompok :
1. Nur Azizah
2. Ririn Marini
3. Atikah
4. Nuraini Ayu Pangestu
5. Syerra Saindari

*BAGAIMANA MENUMBUHKAN FITRAH SEKSUALITAS ANAK PADA ORANG TUA TUNGGAL?*

πŸ€ Pengertian Fitrah Seksualitas
Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati.
Menumbuhkan Fitrah ini banyak tergantung pada kehadiran dan kedekatan pada Ayah dan Ibu.

πŸ€ Tahapan fitrah seksualitas:
πŸ„ 0-2 tahun, anak lelaki dan perempuan didekatkan pada ibunya karena ada menyusui.
πŸ„ 3– 6 tahun, anak lelaki dan anak perempuan harus dekat dengan ayah ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional.
πŸ„ 7 – 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah dan anak perempuan didekatkan ke ibunya.
πŸ„ 10-14 tahun, anak lelaki didekatkan ke ibu, dan anak perempuan didekatkan ke ayah.
πŸ„ > 15 tahun, anak sudah aqil baligh yang merupakan tahap penyempurnaan fitrah seksualitas.

πŸ€ Peran Oraang tua:
1⃣ Peran ayah sebagai berikut:
- Penanggung jawab pendidikan.
- Man of vision and mission
- Pembangun system berpikir
- Supplier maskulinitas
- Penegak professional
- Konsultan pendidikan
- The power of tega
2⃣ Peran ibu sebagai berikut:
- Pelaksana harian pendidikan
- Person of love and sincerity
- Sang harmonis dan sinergi
- Pemilik moralitas dan nurani
- Supplier feminilitas
- Pembangun hati dan rasa
- Berbasis pengorbanan
- Sang “pembasuh luka”.

πŸ€ Tantangan yang di hadapi sebagai berikut:
1. Long Distance Relationship (LDR).
2. Perceraian.
3. Meninggal dunia.

πŸ€ Masalah utama anak melalui perceraian orang tua:
– 63% anak mengalami masalah psikologis seperti gelisah, sedih, suasana hati mudah berubah, fobia dan depresi.
– 56% kemampuan akademisnya rendah atau menurun dibandingkan dengan yang pernah mereka capai pada masa sebelumnya.
– 43% melakukan agresi terhadap orangtua.
(Kalter dan Rembar dari Children’s Psychiatric Hospital, University Of Michigan, AS).
Ketiadaan sosok ayah memiliki dampak yang luar biasa negative terhadap perasaan anak. Anak mengalami kesulitan dalam melakukan penyesuaian di sekolah, penyesuaian social dan penyesuaian pribadi.
(Journal of Divorce dari Harvard University, AS, Ibu Rebecca L Drill, PhD).
Maka dari itu lah bagaimana orang tua tunggal menghadapi masalah tersebut.

πŸ€ Pentingnya ilmu
πŸŽ—Kewajiban orang tua ialah membekali diri dengan ilmu yang dibutuhkan untuk menjalankan perannya.
πŸŽ—Orang tua yang berilmu akan menuntun anak-anaknya untuk menghadapi masalahnya dengan ilmu pula.
πŸŽ—Dengan ilmu yang cukup akan membantu kita sebagai orang tua mengasuh anak-anak hingga dewasa meskipun dalam keadaan sendiri atau single parent.

πŸ€ Kemudian yang bisa dilakukan bagi orang tua tunggal di antaranya :
🌹Bagi single mom

🌱 Carilah figur laki-laki dewasa untuk anak kita dan dekatkan anak-anak kita pada sosok tersebut. Begitupun sebaliknya.
🌱 Ibu atau ayah bisa menjadi role model bagi maskulinitas dan feminitas yang bisa ditiru oleh anak-anak kita.
🌱 Adanya rasa pengakuan dan penerimaan bahwa kehidupan kita dan anak-anak tidak ideal.
🌱 KPK (Kehangatan, Perhatian, dan Komunikasi).
Ikatan antara sang ibu dan buah hati terjalin sejak dalam masa kandungan hingga anak-anak bertumbuh kembang, dengan berbekal ilmu, akan membangun tiga hal yang sangat penting untuk pendidikan anaknya yaitu emotional quotient (eq), spiritual quotient (sq) dan intelligence quotient (iq).
🌱 Fitrah.
Setiap anak dilahirkan adalah fitrah atau suci. Pastikan sikap yang orang tua lakukan dan yang anak-anak tiru adalah perilaku yang baik.
🌱 Orang Tua, Idola Anak.
Kekosongan salah satu sosok orang tua dalam keluarga, mesti diisi atau dilengkapi oleh yang lainnya. Bukan bermaksud menggantikan, tetapi mengkomunikasikan tentang pribadi ayah atau ibu agar terbentuk karakter orang tua di benak anak sebagai idola mereka.
🌱 Kebutuhan Batin Anak.
Perhatian dan komunikasi di jaman sekarang, tidak terbatas pada jarak.
🌱 Stay Hungry
Kehangatan, Perhatian, dan Komunikasi dari orang tua kepada anak mestilah dilakukan dengan penuh keikhlasan dari hati.
🌱 Jangan Berharap Jadi Single Parent.
Pertikaian dalam rumah tangga mungkin adalah hal yang biasa terjadi. Namun, jangan sampai hal itu membuat perceraian dan akhirnya terbentuklah pola pengasuhan dengan single parent.

Pembahasan pada orang tua tunggal menurut ust. Budi Ashari
1⃣ Dalam kehidupan anak, 60% kehidupan anak diberikan otoritas pd ortu, sisalnya pd lingkungan (sekolah, lingkungan main dll)
2⃣ Islam memberi otoritas 60% itu pd ortu #bersyukur
3⃣ Banyak ortu protes tentang perkembangan anaknya, karena otoritas 60% itu tdk diambil, tapi diserahkan semua ke lingkungan. Ortu punya otoritas tidak diambil dengan tanggungjawab.
4⃣ "Sekolah jangan cepet2, sekolah jangan lama2 " (Budi Ashari) #nicequote
5⃣ Dalam islam, seorang anak mulai bersekolah di usia 5 thn. 0-5 thn adalah otoritas ortu jangan dititip atau dimasukkan sekolah
6⃣ Anak adalah harta berharga, maka harus dipersiapkan perencanaan pendidikannya sebaik mungkin. Bagi tugas antara peran ayah dan ibu agar anak bisa terasuh di usia 0-5 thn.
7⃣ Zaman Rasul, usia baligh anak-anak adalah 15 tahun. Kemudian usia baligh anak-anak kembali lagi ke usia 15 thn, biidznillah insyaAllah. Karena dengan baligh di usia 15 tahun, para ortu punya banyak waktu untuk menyiapkan anak2nya menjadi mukallaf.
8⃣ Wanita yg berperan dalam tahapan 0-15 thn

Rasulullah:
*⃣ Bunda Aminah di usia 6 thn mengajak Muhammad saw ke makam ayahnya.
Hikmah : pentingnya nasab ayah diperkenalkan ke anak ketika anak hidup hanya dengan ibunya. Di madinah banyak kerabat Abdulllah dari sisi perempuan (klrg nenek). Nasab adalah sesuatu yg istimewa.
*⃣ Tsuwaibah sempat menyusui Nabi sebentar.
*⃣ Halimah
Halimah mengisi usia emas Nabi (0-5thn). Halimah adalah perempuan beriman. Jarak dusun halimah sekitar 100km, sang Nabi yang masih bayi merah dibawa jauh demi sebuah rencana besar. Aminah menyerahkan dengan keridhoan anaknya kepada Halimah, walau jauh, karena Mekkah tidak layak untuk pertumbuhan Muhammad kecil. Banyak hal di mekkah yang harus dihindari dia di usia emas Nabi.
Pesan : jika di usia emas seorang anak harus diasuh oleh org lain, pilihlah lingkungan terbaik utk mereka.
*⃣ Syaima (kakak sepersusuan).
Syaima sebagai kakak tertua adalah role model. Jadikan anak pertama role model, karena akan jadi teladan.
*⃣ Ummu Aiman (pembantu).
Ada konsep pembantu dalam islam, Rasul menyebut Ummu Aiman sebagai "dia ibuku setelah ibu".

Tersadarkan bahwa dalam islam, banyak pihak yg mendidik anak, termasuk pembantu. Ummu Aiman tampil sebagai pembantu luar biasa, sehingga Nabi dengan bangga menyebutkan bahwa Ummu Aiman adalah ibuku setelah ibu.
Padahal image "anak pembantu" adalah buruk, tapi Nabi dengan bangga menyebut Ummu Aiman sebagai ibunya, karena istimewanya kualitas "peran pembantu" Ummu Aiman.

Kemudian Nabi pun menyatakan ketika Ummu Aiman harus menikah lagi, "yang mau menikah dengan wanita ahli surga nikahilah Ummu Aiman".
*⃣ Fatimah bin Asad
Khodimat ideal, sebagai ibu dan ahli surga, wanita beriman. Kata Nabi : ummi ba'dal ummi. Di usia 8-15 tahun didikan Nabi ada di bawah Fatimah binti Asad. Nabi tersedu ketika memakamkan Fatimah binti asad.
9⃣ Pria yg berperan dalam pengasuhan Nabi yaitu:
✳ Suami Halimah
Menjadi pengganti ayah. Perlu tokoh pengganti ayah (sekalipun single parent dan tidak menikah lagi).
✳ Kakek Nabi "Abdul Mutholib".
Bukan sembarang kakek. Pemimpin di mekkah. Allah menitipkan pengasuhan 6-8 tahun kepada Abdul Muthollib. Dia mengajarkan kebesaran dan kepemimpinan pada Muhammad kecil.
# Leadership utk usia 6-8 thn.
Bagaimana mengajarkannya ? Abdul muthollib memiliki kursi kebesaran disamping Mekkah, tidak ada yang berani mendudukinya, bahkan anak-anaknya sekalipun.
Tapi ketika Muhammad kecil naik ke kursi tsb, dikatakan jika untuk anak yang ini biarkan, karena kelak dia akan jadi pemimpin besar.
# Seni menjadi nenek kakek mengajarkan leadership. Nabi saw calon orang besar, maka sejak kecil disiapkan sebagai orang besar.
✳ Abu Thalib, mengajarkan life skill berdagang ke Nabi saw kecil. Berdagang ke Syam di usia kecil. Perjalanan 2000km, perjalanan lama yang diisi dengan berinteraksi dengan para pedagang, "ngasah kuping" dengan cara mendengarkan obrolan para pedagang (harga, kualitas barang dll).
Referensi tulisan dan video:

Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 9

Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 9

Presentasi dibawakan oleh kelompok 6 yaitu :
1. Eulis Fatma
2. Lusi Mulyantini
3. Ellyana Setia
4. Nana Aprilia Akhsani
5. Tina Herlina

πŸ“ *MATERI PRESENTASI* πŸ“
*Pendidikan Fitrah Seksualitas Anak dalam Islam*

Pendidikan seksual pada anak sangat penting, karena akhir-akhir ini gencar promosi pendidikan seks di sekolah-sekolah yang acuan dasarnya jauh dari nilai-nilai islam. Banyak cara penyampaian pendidikan seks mengacu pada apa yang dipraktikkan di negara Barat yang tentunya berbeda dengan pendidikan seks dalam islam.




Agar keselamatan, kehormatan dan kesucian anak dapat terjaga, maka dibutuhkan *pendidikan fitrah seksualitas* agar anak:
1. mengerti identitas seksualnya
2. mengenali peran seksualitas yang ada pada dirinya
3. mengajarkan anak untuk melindungi dirinya dari kejahatan seksual.





*Referensi*:
1. Video kajian Ustadz Abdullah Zein,MA tentang pendidikan seksual anak 1-6 (Yufid TV)
3. Lely Camelia, Ine Nirmala. Penerapan Pendidikan Seks Aanak Usia Dini Menurut Perspektif Islam (Upaya pencegahan kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak usia dini melalui penerapan pendidikan seks dalam perspektif sunnah Rasul).

Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 8

Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 8

Presentasi dilakukan oleh Kelompok 2 :
1. Annisatul Munawaroh
2. Endah Siti Muwahidah /Zhafier house
3. Ifat Fatmawati
4. Irma Nurrahmi

PENTINGKAH MEMBANGKITKAN FITRAH SEKSUALITAS ANAK?

*A. Rusaknya Fitrah Seksualitas Anak karena Pornografi dan Perilaku Seksual Menyimpang*

Perilaku seksual menyimpang menjadi fenomena yang berkembang dalam masyarakat. Fenomena ini bahkan menjadi menarik dikaji dalam berbagai sudut pandang dan keilmuan. Eksistensi mereka seolah-olah menginginkan untuk dianggap ada dan dihargai dalam masyarakat. Pencegahan perilaku penyimpangan seksual harus diawali dari lingkungan keluarga. “Rumah – Sekolah – Lingkungan – Peer Group – Media – Masyarakat – Negara” merupakan mata rantai yang secara bersama-sama bertanggung jawab terhadap hadirnya permasalahan perilaku seksual menyimpang di masyarakat, khususnya pada anak. Dan salah satu ancaman berbahaya bagi anak di era digital ini adalah pornografi.

Pornografi merupakan perilaku seksual menyimpang,  yaitu memenuhi kebutuhan seks dengan melihat gambar porno, cabul, atau membaca cerita-cerita porno.
Di Indonesia ini ada 90 juta lebih anak dan remaja berusia 0-19 tahun. Mereka adalah _digital native_ atau penduduk dunia digital, yaitu generasi yang dari sejak kecil terbiasa dengan kecanggihan teknologi digital. Namun kondisi umum anak & remaja tersebut saat ini dalam kondisi yang memperihatinkan.

Mereka adalah anak-anak yang mengalami *BLAST* (Bored-Bosan, Lonely-Kesepian, Angry-Marah, Afraid-Takut, Stress-Stres, Tired-Lelah). Mereka dipaksa mampu baca tulis hitung sejak usia sangat kecil, perhatian orangtua hanya pada pelajaran semata, beban pelajaran sangat berat, belum lagi jika mengalami kekerasan di sekolah. Mereka kesepian, tidak tahu harus curhat pada siapa, wajar jika anak merasa stress. Akhirnya mereka mencari kegiatan yang membuatnya senang dan kebanyakan mereka menghabiskan waktunya dengan handphonenya. Handphone telah menjadi orangtua pengganti bagi mereka.
Rata-rata mereka menggunakan handphone 9 jam/hari, melihat isi dunia internet  yang baik maupun yang buruk dan tidak terbatas jumlahnya. Diantaranya juga ada gambar, tulisan, atau video yang sengaja disebarkan pebisnis pornografi.

John Jarmer, mantan politisi dan mantan letnan gubernur California, yang juga mengepalai the Lighted Candle Society (organisasi yang memerangi pornografi di Amerika) mengatakan pebisnis pornografi mengincar anak-anak BLAST sebagai target sasaran mereka. Saat belum ada internet, pornografi ibarat makanan beracun. Kita akan keracunan, jika memakannya. Tapi kini, internet menjadikan pornografi sebagai virus, yang dapat bergerak memperbanyak diri tanpa terkendali, sehingga dapat menyerang dari segala arah.
Penelitian Yayasan Ibu & Buah Hati, tahun 2014, mendapatkan hasil : 92 dari 100 orang anak kelas 4, 5, 6 SD telah melihat pornografi.

Kita mengira anak akan cepat melupakan apa yang dilihatnya, padahal otak mereka seperti spons, mereka akan mengingat apa yang mereka lihat meski hanya sekilas. Sayangnya bagian otak anak yang mampu membedakan baik dan buruk belum berkembang sempurna, akibatnya anak akan menganggap apa yang dilihatnya sebagai sesuatu yang wajar. Tidak tahu mana yang bisa ditiru dan mana yang harus diabaikan. Maka ketika melihat pronografi, anak akan cenderung menirunya. Karena fungsi pertimbangan yang belum sempurna, mendorong anak akan melakukan sesuatu berdasarkan keinginan semata. Inilah sebabnya pornografi internet menjadi jauh lebih berbahaya. Anak akan rentan dengan kasus penyimpangan fitrah seksualitas lainnya, baik sebagai pelaku maupun sebagai korban. Jadi, pornografi dalam hal ini menjadi pintu masuk penyimpangan perilaku seksual dan kejahatan lainnya.
Perilaku seksual menyimpang lainnya menurut Surtiretna (2001) dan beberapa literatur lain selain pornografi, adalah:
1. Perzinaan
2. Perkosaan
3. Pelacuran
4. Masturbasi
5. Homoseksual, termasuk Lesbianisme
6. Pedophilia / Pedophil / Pedofilia / Pedofil
7. Sodomi
8. Sadomasokisme
9. Ekshibisionisme
10. Voyeurisme
11. Fetishisme
12. Bestially
13. Insectus
14. Necrophilia / Necrofil
15. Frotteurisme / Frotteuris
16. Gerontophilia
17. Transvetisme
18. Troilisme
19. Zoophilia

Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang memiliki perilaku seksual menyimpang. Sebagian ahli berpendapat bahwa kelainan perilaku seksual disebabkan oleh faktor psikologis atau kejiwaan, trauma masa kecil, seperti pelecehan seksual, kelainan saraf di otak, dan lingkungan pergaulan. Selain itu juga akibat rendahnya keimanan dan ketakwaan, minimnya pemahaman agama, dan salah asuhan.

Dalam kasus pornografi, ada beberapa penyebab mengapa anak bisa terjebak jeratan pebisnis pornografi adalah :

*1. Keringnya hubungan orangtua dengan anak*

*2. Kurangnya sensitivitas orangtua terhadap pornografi.*  

Tidak ada aturan ketika memberikan gadget pada anak pun tidak berpesan bahwa dengan manfaat yang sangat banyak dari gadget, ada juga bahaya yang dapat merusak otak, sehingga tidak mengingatkan anak untuk menjaga matanya dari hal-hal yang membahayakan.

*3. Kebiasaan orang dewasa menganggap pornografi sebagai humor.

Sedangkan menurut Waskito (1993: 29), penyebab perilaku seksual menyimpang pada remaja adalah :

*1. Faktor intern, meliputi kelainan fisik sejak lahir, kelainan pengaruh obat, dan problem emosional*

*2. Faktor ekstern, meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan lingkungan sekolah*

*_Lalu, bagaimana agar anak-anak kita terhindar dari kasus penyimpangan fitrah seksualitas ini, baik sebagai pelaku maupun sebagai korban?_*

*B. Pentingnya Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak Sejak Dini*

Ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai pada pendidikan fitrah seksualitas ini, yaitu :
1. Membuat anak mengerti tentang identitas seksualnya. Anak bisa memahami bahwa dia itu laki-laki ataupun perempuan sejak berusia tiga tahun. Orangtua mengenalkan organ seksual yang dimiliki Ada baiknya dikenalkan dengan nama ilmiahnya, misalnya vagina pada perempuan atau penis pada laki-laki. Mengapa harus nama ilmiah? Ini menghindarkan pada pentabuan.

2. Mengenali peran seksualitas yang ada pada dirinya. Anak mampu menempatkan dirinya sesuai peran seksualitasnya, seperti cara berbicara, cara berpakaian atau merasa, berpikir dan bertindak, sehingga anak akan mampu dengan tegas menyatakan "saya laki-laki" atau "saya perempuan".

3. Mengajarkan anak untuk melindungi dirinya dari kejahatan seksual. Ketika anak sudah lancar berbicara dan mulai beraktivitas dengan peer groupnya di luar rumah, maka orangtua perlu mengajarkan tentang area tubuhnya yang tidak boleh dipegang oleh orang lain, kecuali untuk pemeriksaan atau untuk dibersihkan. Hanya orangtua ataupun dokter yang boleh memegang area pribadi ini. Ada empat area pribadi, yaitu anus, kemaluan, payudara dan mulut.

*_Bagaimana cara menerapkan pendidikan fitrah seksualitas?_*

Pendidikan fitrah seksualitas diterapkan sesuai tahap usia anak. Membangkitkan fitrah seksualitas anak bisa dimulai sejak mereka dilahirkan. Pada framework pendidikan berbasis fitrah, membangkitkan fitrah seksualitas pada anak berbeda menurut tahap usia anak masing-masing.fitrah seksualitas ini harus dididik dan ditumbuhkan dengan sebaik-baiknya melalui kelekatan yang mendalam bersama para orangtuanya sejak tahapan usia 0 sampai aqilbaligh di usia 15 tahun. (Sesuai dengan yang sudah dijelaskan oleh kelompok selanjutnya)

Kelekatan yang baik dari ayah dan ibu inilah yang kelak menumbuhkan fitrah seksualitasnya dengan paripurna dan berjalan sebagaimana perannya, yaitu menjadi lelaki dan ayah sejati bagi anak laki-laki, serta menjadi perempuan dan ibu sejati bagi anak perempuan. Fitrah seksualitas yang tumbuh baik secara tahapannya dipandu agama yang fitri akan membuat mereka kelak beradab pada pasangan dan keturunannya.

Seiring semua itu, kepercayaan orangtua dengan memberi ruang bagi ego anaknya ketika anak-anak, juga peran strategis ayah yang penting memberikan suplai "ego" kelak akan menumbuhkan fitrah individualitasnya dan fitrah sosialitasnya, yang memberi kemampuan yang baik dalam kepercayaan diri dan bersosial di masyarakatnya untuk tidak mudah menjadi pelaku atau korban bully maupun pelecehan seksual.


Referensi :
1. Video Kerjasama Kementrian Sosial, Yayasan Kita dan Buah Hati, serta Gerakan SEMAI2045 dalam Rangka Memerangi Pornografi dan Kejahatan
2. Harry Santosa. Fitrah Based Education. Yayasan Cahaya Mutiara Timur. 2017
3. Watiek Ideo, Aku Anak Pemberani 1
4. Eko Harsono. Predator Anak dan Fitrah Seksualitas dari: https://www.google.co.id/amp/s/ekoharsono.wordpress.com/2017/07/24/predator-anak-dan-fitrah-seksualitas/amp/
5. http://jeffy-louis.blogspot.com/2011/01/penyimpangan-perilaku-seks-dan-gangguan.html
6. http://www.wivrit.com/2013/11/13-macam-penyimpangan-seksual.html#ixzz53ZQMqSsp

1. Perzinaan
Perzinaan adalah hubungan seksual antara dua orang yang bukan suami-istri, baik dilakukan oleh jejaka dengan dara atau orang-orang yang sudah berumah tangga untuk memuaskan dorongan seksual sesaat. Perzinaan ini dilakukan untuk memperoleh tambahan kepuasan seks yang tidak terpenuhi.
2. Perkosaan
Tindakan menyetubuhi seorang wanita yang bukan isterinya dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Dalam bahasa Inggris perbuatan tersebut dinamakan rape yang berasal dari bahasa latin rapere, yakni “mengambil sesuatu dengan kekerasan”.
3. Pelacuran
Pelacuran adalah penyediaan pelayanan hubungan seks dengan imbalan uang atau hadiah-hadiah, disebut sebagai hubungan seks di luar perkawinan karena terjadi hubungan seks antara orang yang tidak terikat oleh perkawinan. Pelacuran bisa dilakukan secara sendiri-sendiri atau dengan perantara orang lain dengan perjanjian prosentase tertentu.
4. Pornografi
Pornografi adalah memenuhi kebutuhan seks dengan melihat gambar porno, cabul, atau membaca cerita-cerita porno.
5. Masturbasi
Masturbasi (biasa disebut juga onani atau rancap) adalah pemenuhan dan pemuasan kebutuhan seksual dengan merangsang alat kelamin sendiri dengan tangan atau alat-alat mekanik.
6. Homoseksual
Homo berarti sama, sejenis atau satu golongan. Homoseksual adalah orang yang merasakan atau hanya tertarik dengan jenis kelamin yang sama. Definisi homoseksual tidak hanya diberlakukan untuk laki-laki, tetapi juga untuk perempuan. Di masyarakat, istilah lesbianisme lebih dikenal untuk perempuan yang suka sesamanya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan lesbi untuk penderita perempuan.
7. Sadomasokisme
Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan seksual diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan masokisme seksual merupakan kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan seksual.
8. Ekshibisionisme
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin terangsang. Kondisi begini sering diderita pria, dengan memperlihatkan penisnya yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga ejakulasi.
9. Voyeurisme
Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa Prancis yakni vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan berhubungan seksual.
10. Fetishisme
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita fetishisme, aktivitas seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH (breast holder), celana dalam, kaos kaki, atau benda lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksual, sehingga, orang tersebut mengalami ejakulasi dan mendapatkan kepuasan. Namun, ada juga penderita yang meminta pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian melakukan hubungan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya tersebut.
11. Pedophilia / Pedophil / Pedofilia / Pedofil
Pedophilia adalah orang dewasa yang suka melakukan hubungan seks / kontak fisik yang merangsang dengan anak di bawah umur.
12. Bestially
Bestially adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan binatang seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan lain sebagainya.
13. Insectus
Insectus adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri, non suami-istri,  seperti antara ayah dan anak perempuan, atau ibu dengan anak laki-laki.
14. Necrophilia / Necrofil
Necrophilia adalah orang yang suka melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah menjadi mayat / orang mati.
15. Sodomi
Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan seks, baik pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan perempuan.
16. Frotteurisme / Frotteuris
Frotteurisme adalah suatu bentuk kelainan seksual, dimana seseorang laki-laki mendapatkan kepuasan seks dengan jalan menggesek-gesek / menggosok-gosok alat kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat publik / umum seperti di kereta, pesawat, bis, dan lain-lain.
17. Gerontophilia
Gerontophilia adalah suatu perilaku penyimpangan seksual, dimana sang pelaku jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia lanjut (nenek-nenek atau kakek-kakek). Keluhan awalnya adalah merasa impoten bila menghadapi istri / suami sebagai pasangan hidupnya, karena merasa tidak tertarik lagi. Semakin ia didesak oleh pasangannya maka ia semakin tidak berkutik, bahkan menjadi cemas. Gairah seksualnya kepada pasangan yang sebenarnya justru bisa bangkit lagi jika ia telah bertemu dengan idamannya (kakek/nenek).
18. Transvetisme
Transvetisme adalah seseorang yang secara anatomis laki-laki, tetapi secara psikologis merasa dan menganggap dirinya seorang perempuan. Ia akan berperilaku dan berpakaian seperti perempuan untuk mendapatkan kegairahan seksual. Seorang transvestit memakai pakaian wanita (cross-dressing) sebagai pernyataan identifikasi dirinya wanita (fiminine identification). Bangkitnya rangsangan seksual dan orgasme menandakan kemenangan atas identifikasi feminim itu. Dalam masyarakat kita dikenal dengan istilah banci atau waria.
19. Troilisme
Berasal dari bahasa Perancis trois yang berarti tiga, adalah gejala melakukan senggama dengan pasangannya dengan mengajak orang lain sebagai penonton. Penderita gangguan psikoseksual jenis ini biasanya melakukan hubungan seks dengan tiga orang (dua wanita dan satu pria, atau dua pria dan satu wanita secara bersama-sama sekaligus).

20. Zoophilia
Zoophilia adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan melakukan hubungan seks dengan hewan.

Senin, 15 Januari 2018

Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 7 we

Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 7

Presentasi dilakukan oleh kelompok 7 yaitu :
1. Neneng Hibatullah/Hibbat Ummu Alula
2. Siti Zahroh Nur Sofiani/ Sofi Zahroh
3. Deasy Mariani
4. Nida Fauziah
5. Tetin Ayu

Mereka membahas mengenai
Mengembangkan Perilaku Asertif untuk Melindungi Fitrah Seksualitas Anak.

Zaman sekarang, kita sebagai orang tua sudah tak bisa lagi berpikir bahwa dunia ini baik-baik saja. Kita benar-benar harus menyiapkan bekal sebaik-baiknya untuk anak kita. Mendidik fitrah seksualitas untuk anak adalah salah satu jawaban untuk menyiapkan bekal anak di masa mendatang.



Tahapan Pendidikan Fitrah seksualias sebagai berikut :

πŸ’§Tahap Usia 0-2 tahun : Anak lelaki maupun anak perempuan lebih didekatkan kepada Ibu karena masa menyusui.

πŸ’§Tahap Usia 3-6 tahun : ini Tahap Penguatan Konsepsi Gender dengan imaji imaji positif tentang gendernya masing masing. Anak lelaki maupun anak perempuan harus didekatkan kepada Ayahnya dan kepada Ibunya. Indikator tumbuhnya fitrah seksualitas di tahap ini adalah anak dengan jelas dan bangga menyebut gendernya di usia 3 tahun.

πŸ’§Tahap Usia 7-10 tahun : Ini tahap Penyadaran Potensi Gender dengan beragam aktifitas yang relevan dengan gendernya. Anak lelaki yang telah ajeg konsep kelelakiannya pada usia 0-6 tahun, maka kini disadarkan potensi kelelakiannya langsung dari Ayah. Anak lelaki lebih didekatkan ke Ayah. Ayah mengajak anak lelakinya pada peran dan aktifitas kelelakian pada kehidupan dan sosialnya, termasuk menjelaskan mimpi basah, fungsi sperma dan mandi wajib. 

Begitupula anak perempuan lebih didekatkan ke Ibu untuk disadarkan peran keperempuanannya dalam kehidupan sosialnya. Indikator di tahap ini adalah anak lelaki kagum dan ingin seperti ayahnya, anak perempuan kagum dan ingin seperti ibunya.

πŸ’§Tahap 11-14 tahun : Ini tahap Pengujian Eksistensi melalui ujian dalam kehidupan nyata. Anak lelaki yang telah sadar potensi kelelakiannya kini harus diuji dengan memahami mendalam lawan jenisnya langsung dari ibunya. Maka anak lelaki di tahap ini lebih didekatkan kepada ibunya agar memahami cara pandang perempuan dari kacamata perempuan (dalam hal ini ibunya). Anak perempuan juga sebaliknya, lebih didekatkan ke ayahnya agar memahami mendalam bagaimana cara pandang lelaki dari kacamata lelaki (dalam hal ini ayahnya). Indikator di tahap ini adalah persiapan dan keinginan bertanggungjawab menjadi ayah bagi anak lelaki. Bagi anak perempuan adalah persiapan dan keinginan bertanggungjawab menjadi ibu

πŸ’§Tahap 15 tahun : Ini tahap penyempurnaan fitrah seksualitas sehingga menjadi peran keayahbundaan. Ini adalah masa AqilBaligh atau anak bukan lagi anak anak, tetapi mitra bagi orangtuanya. Secara syariah mereka telah Mukalaf atau mampu memikul beban syariah, termasuk kemampuan untuk menikah atau menjadi ayah sejati atau menjadi ibu sejati.

Nah, dalam rangka merawat  fitrah seksualitas anak, ada satu *perilaku* yang sepatutnya kita biasakan pula pada anak-anak kita agar harga diri dan kepercayaan diri anak tumbuh dengan baik. Sehingga diharapkan anak dapat terhindar dari segala bentuk penyimpangan sesksual, kekerasan seksual, bullying, ataupun tindak kejahatan lainnya.

Perilaku tersebut adalah *perilaku asertif*. Apakah perilaku asertif itu?
Sederhananya, perilaku asertif adalah perilaku untuk menunjukkan atau menyampaikan perasaan atau pemikiran dengan jujur, tanpa menyinggung perasaan dan hak orang lain.

Nah, mengapa kemampuan untuk berperilaku asertif sebaiknya dikembangkan pada anak-anak?

Paling tidak, *ada 3 alasannya* :

1⃣Perilaku asertif adalah bagian dari keterampilan sosial. Orang yang asertif merasa nyaman saat mengungkapkan kebutuhannya dan membuat orang lain tetap merasa nyaman. Dengan sendirinya mereka menjadi individu yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan karena jujur, terbuka, dan selaras antara pikiran dan ucapan. Orang-orang yang asertif juga pada umumnya memiliki kecerdasan emosional yang baik.

2⃣Perilaku asertif melindungi hak-hak individual tanpa mengganggu hak orang lain. Banyak contohnya, misalnya berani bilang tidak pada kasus pelecehan atau kekerasan/ bullying pada anak. Di lain pihak, anak juga mampu menunjukkan diri, pendapat, dan pemikirannya sebagai individu yang unik/ spesial tanpa menghina, mengancam, atau merendahkan orang lain. Contohnya saat ia mengatakan lebih menyukai suatu mainan tertentu di sekolah tanpa mengatakan mainan temannya jelek.

3⃣Perilaku asertif sejak dini dapat membuat anak tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih percaya diri, memiliki konsep diri, self-esteem, dan hubungan sosial yang berkembang baik.

Pada orang dewasa saja, perilaku asertif tidak mudah dilakukan. Ada banyak pertimbangan saat kita ingin mengungkapkan pendapat atau keinginan kita, sehingga terkadang kita memilih untuk diam dan menerima. Sebaliknya, ada pula sebagian dari kita yang cenderung agresif saat menyampaikan sesuatu. Agar didengar dan dipatuhi, kita menggunakan kata-kata yang mengancam, merendahkan, atau memaksa. 

Jelas bahwa berperilaku non-asertif atau agresif bukan pilihan terbaik saat berkomunikasi dengan orang lain, karena itu di bawah ini adalah *beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menumbuhkan kemampuan berperilaku asertif pada anak* :

πŸ”΄Contoh nyata dari orang tua atau orang dewasa di sekeliling anak. Misalnya, mengungkapkan keberatan dengan baik disertai alasan yang jelas. Contohnya saat anak tidak mau merapikan tempat tidur sampaikan apa yang kita rasakan atau pikirkan, lalu berikan alasan yang tidak menyinggung anak. Misalnya “Mama ga suka lihat kasur kamu berantakan, kalau kasurnya rapi pasti lebih nyaman kalau kamu mau tidur. “. Jangan lupa, lakukan juga perilaku asertif  dengan pasangan dan orang lain, apalagi di hadapan anak.

πŸ”΄Kembangkan keberanian dan kepercayaan dirinya. Anak perlu menyadari ia punya hak pribadi untuk berpikir, berpendapat, memilih, dan sebagainya. Tunjukkan pengertian dan penerimaan pada setiap kelebihan dan kekurangan yang ia miliki. Seaneh atau sekonyol apapun idenya bagi kita, tunjukkan kita mendengarkan, lalu beri masukan/ pendapat kita. Buat anak merasa aman dan nyaman saat ia ingin mengungkapkan kebutuhan atau pendapatnya.

πŸ”΄Hindari memberi label pada anak. Pada saat berkomunikasi, tekankan pada apa yang membuat kita keberatan, bukan “menyerang” anak sebagai pribadi. Misalnya saat anak kita mengganggu adiknya, fokuskan pada perilakunya tanpa menyebutnya nakal, bodoh, keras kepala, dan lain-lain. Dengan demikian anak paham bahwa kita bukannya benci atau tidak suka pada dirinya, melainkan berharap ia mengubah perilakunya.
Latih anak berperilaku atau berkomunikasi asertif dengan beberapa langkah : Pertama, biarkan ia mencoba mengatasi konflik di lingkungan sosialnya secara mandiri. Kedua, amati caranya berkomunikasi atau mengungkapkan pendapatnya. Berikutnya, kita dapat mengintervensi saat ia tampak menahan diri/ takut/ non asertif, atau sebaliknya terlalu dominan/ agresif. Ketiga, berikan apresiasi dan masukan pada upayanya berperilaku asertif. Dan terakhir adalah dengan cara bermain peran, dimana anak melakukan adegan pada situasi tertentu dimana perilaku asertif itu dibutuhkan.


Sumber :
1. Seri pendidikan seksualitas pada anak, Yeti Widiati 040116
2. Fitrah Based Edication, Harry Santosa
3. https://www.childrencafe.com/melatih-anak-mengembangkan-perilaku-asertif/
4. PKM-GT, Universitas Negeri Malang, Psikodrama untuk Meningkatkan Komunikasi Asertif sebagai Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual Terhadap Anak

Media edukasi:
https://youtu.be/MMc8AP9KhEM


https://youtu.be/N18Vj6ox7LU 

Minggu, 14 Januari 2018

Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 6

Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 6

Presentasi dilakukan oleh kelompok 4,yaitu :
1. Dewi Anggraini
2. Hera Novita
3. Himmah Fikriyani Rahman
4. Lilis Septiani
5. Wiwi Wisudawati

Mereka membahas tentang
MEMBANGUN FITRAH SEKSUALITAS ANAK

Sejak dilegalkannya pernikahan sesama jenis di Amerika Serikat di bulan Juni 2016 silam, hawa kebebasam kaum LGBT seolah bertiup ke berbagai negara termasuk Indonesia. Menurut *Dwi Estiningsih, M.Psi, Psikolog* Direktur Biro Konsultasi Psikologi Winata Yogyakarta, mengatakan, secara umum ranah psikologi secara umum masih menganggap LGBT termasuk penyimpangan seksual, namun pendapat ini mulai bergeser saat Asosiasi Psikiatri Amerika mengeluarkan homoseksual dari daftar gangguan jiwa. 

Paham homoseksual sebagai hal normal mulai disoaialisasikan secara massif dan akhirnya mulai muncul legalisasi di banyak negara. Melalui media dan media sosial para pendukung LGBT menggulirkan wacana yang mempengaruhi persepsi masyarakat dan mulai membuka lebar ruang toleransi bagi mereka.

Keluarga merupakan garda terdepan dalam menghadapi masalah ini.  Keluarga harus bisa memberikan pemahaman yang tepat mengenai fitrah seksualitas kepada anak.
Fitrah seksualitas ditumbuhkan dengan kehadiran ayah ibu secara utuh sejak lahir sampai aqilbaligh, namun itu saja tak cukup. 

Beberapa anak yang normal fitrah seksualitasnya bisa saja terpengaruh LGBT melalui pelecehan, lingkungan dll karena fitrah individualitas dan sosialitasnya tak tumbuh baik.

Tanpa fitrah yang tumbuh hebat maka mustahil bangkit manusia yang beradab. Penyimpangan fitrah hanya melahirkan generasi yang tidak beradab alias biadab sebagaimana para pengusung penyimpangan fitrah seksualitas.

*Beberapa tips yang bisa kita lakukan untuk mendukung fitrah seksualitas anak*

πŸ‚Sejak usia dini, kenalkan jati diri dan identitas sesuai dengan jenis kelamin anak. Jangan sampai sekali-kali anak diberi mainan yang tidak sesuai jenis kelaminnya
πŸ‚Batasi penggunaan gadget atau internet
πŸ‚Dampingi anak saat menonton tv
πŸ‚Awasi lingkungan pertemanan anak, apalagi di masa pubertas
πŸ‚Ikutilah tuntunan rasul saw dalam memberikan pendidikan seksual pada anak. Seperti memisahkan tempat tidur sejak usia menjelang baligh, mengenalkan batasan aurat sejak dini(sebelum akil balig), dan tidak menyerupai lawan jenis dalam berpenampilan.


Sumber
- Harry Santosa,  FBE
- Harry Santosa, Majalah Ummi edisi Desember 2015


Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 5

Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 5

Presentasi tantangan hari ke 5 dilakukan oleh kelompok 5, yaitu :
1. Eneng Yuyun Yuniarsih
2. Mufna Rahmaini Millatina
3. Fitriyani Ginawati
4. Marini Rachmawati
5. Vina Marati Imana

Mereka mengambil tema tentang PENDIDIKAN FITRAH SEKSUALITAS PADA ANAK USIA DINI

Beberapa waktu lalu, media sosial dihebohkan dengan sebuah buku yang bertujuan mengenalkan pendidikan seks pada anak. Dalam salah satu isi cerita, buku tersebut membahas persoalan masturbasi lengkap dengan ilustrasinya. Ya, akhir-akhir ini memang banyak diangkat tema pendidikan seksual dan pendidikan seks.

Namun, tidak banyak yang tahu bahwa keduanya berbeda, sehingga menimbulkan respon yang berbeda pula. Kelompok pertama berpendapat, hal tersebut tidak perlu diajarkan karena dianggap belum pantas untuk anak-anak, sementara kelompok lain kebablasan dalam menjelaskannya. Sebenarnya mana yang benar?

Sebenarnya yang perlu diajarkan sejak dini adalah pendidikan seksualitas. Pendidikan seksualitas adalah bagaimana mengajarkan anak berpikir, bersikap, dan bertingkah laku sesuai jenis kelaminnya (Perwitasari,2017).

Bagaimanana anak memahami, menghayati, dan memiliki rasa percaya diri sesuai jenis kelaminnya. Sedangkan pendidikan seks termasuk bagian dari pendidikan seksualitas yang dimulai sejak mempersiapkan pubertas. Fokusnya lebih kepada bagaimana berhubungan dengan lawan jenis.

Berbicara soal pendidikan seksualitas, tentu terkait dengan fitrah anak. Setiap anak terlahir dengan fitrahnya masing-masing. Tugas orang tua adalah membangkitkan fitrah yang dimiliki anak, salah satunya adalah fitrah seksualitas.

Lalu sekarang pertanyaannya, bagaimana cara menerapkan pendidikan fitrah seksualitas pada anak usia dini?
πŸ’“ *Memperkuat identitas gender sesuai jenis kelamin*
Yaitu dengan cara memberikan identitas dan simbol sesuai jenis kelamin. Misalnya membedakan nama, perlengkapan, ruangan, kamar mandi, permainan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Tujuannya untuk memberikan kesempatan yang sama dalam memperkuat jati diri sesuai jenis kelaminnya.
πŸ’“ *Mengajarkan masalah aurat*
Aurat yaitu bagian tubuh yang harus dijaga. Anak harus diajarkan bahwa tubuhnya berharga, oleh karna itu harus dijaga. Tidak boleh diperlihatkan, disentuh selain kepada ibunya, juga tidak boleh dipermainkan. Perlu dijelaskan pada anak juga bagian mana yang boleh dan terlarang untuk disentuh.
πŸ’“ *Mengajarkan anak berinteraksi dengan sekitar*
Kepada siapa anak boleh bersalaman, bermanja, minta gendong, bersentuhan, dan berdekatan. Anak juga harus belajar membedakan bagaimana berinteraksi dengan ayah, paman, kakek, dan lainnya. Lalu, bagaimana bersikap dengan kepada selain keluarga.
πŸ’“ *Belajar adab terkait interaksi dengan orang lain*
a. Meminta ijin ketika masuk ke kamar orangtua
b. Sedari dini, anak dilatih untuk tidur terpisah dengan orangtua
c. Adab memandang. Ada hal yang boleh dilihat/ada yang tidak boleh dilihat
d. Adab berpakaian. Batasan pakaian sesuai jenis kelamin
e. Adab interaksi dengan lawan jenis, misal tidak memeluk yang bukan keluarga
πŸ’“ *Anak usia dini harus dijaga dari hal-hal yang merusak fitrahnya*
Yang berkaitan dengan pornografi/pornoaksi. Salah satu caranya tidak boleh menggunakan gadget tanpa pendampingan. Harus dibatasi waktu dan konten yang dilihat.
Bagaimana cara mengajarkan hal-hal diatas untuk anak usia dini? Karena pendidikan seksualitas adalah sesuatu yang harus dipahami dan menjadi sebuah ketrampilan baru bagi anak, maka tidak bisa hanya diajarkan sekali duakali tapi harus sering dan berulang. Tentunya disesuaikan dengan karakteristik anak usia dini, seperti: Bernyanyi, bercerita, bermain peran, atau berlatih tugas yang dikaitkan dengan tema gender.

πŸ“šReferensi:
1. Santosa, H.2017.Fitrah Based Education.Depok:Yayasan Cahaya Mutiara Timur
2. Dee, Arif. 2017
http://www.ummi-online.com/membangkitkan-fitrah-seksualitas-pada-anak-bagian-1.html
2. Perwita Sari. 2017 https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1905750059452170nid=221502844543575

Conto

Kamis, 11 Januari 2018

Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 4

Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 4

Pada hari ke 4, presentasi dilakukan oleh kelompok 10, yaitu :
1. Yuni Astuti
2. Fari Yetmi
3. Ai Rosmalia
4. Siti Amaliyah
5. Stephanie

MEMBANGKITKAN FITRAH SEKSUALITAS

Landasan syar’i tentang fitrah seksualitas antara lain :

“ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (Q.S. Ar-Rum-21).

Selain itu, Allah sebutkan dalam AlQur’an Surat Hujurat ayat 13 bahwa hanya ada dua jenis manusia yaitu laki-laki dan perempuan.  Tidak pernah disebutkan adanya manusia berjenisbanci (bencong).  Menuduh bahwa banci itu fitrah, berarti menuduh Allah berkhianat dalam penciptaan-Nya. Jadi tidak ada mansia berjenis Waria, kalau ada, maka itu penyimpangan dari fitrah.

Bagiamana kita mendidik anak laki-laki dan permpuan adalah berdasarkan AlQur’an, maka kita belajar dari keluarga yang ada dalam AlQur’an, salah satu jiwa laki-laki adalah Al Qowam (pemimpin). Sebagaimana disebutkan dalam Surat An Nisaa’ ayat 34: Bahwa kaum laki-laki itu adalah pemimpin (Al Qowam) bagi wanita.



Kelompok 10 pun membahas mengenai kasus-kasus penyimpangan yang terjadi sesuai jenjang usianya.

Kasus-kasus penyimpangan mendidik pada usia 0-7 tahun :
Mengutamakan pembelajaran akademik seperti calistung
Menggegas hafalan al Quran tanpa memandang cara dan kemampuan serta ketertarikan anak yang berbeda-beda.
Mengajarkan bahasa kedua sebelum bahasa ibu tuntas.
Berkata atau berwajah tidak ramah apalagi kasar.
Membanding-bandingkan anak
Menitipkan anak di bawah usia aqilbaligh, terutama di bawah usia 7 tahun pada orang lain atau lembaga atau boarding school.

Kasus-kasus penyimpangan mendidik pada usia 7-10 tahun :
Anak lelaki tidak didekatkan dengan ayah dan anak perempuan tidak didekatkan dengan ibu, sehingga fitrah gender anak tidak tumbuh sebagaimana mestinya.

Kasus-kasus penyimpangan mendidik pada usia 10-14 tahun :
Tidak mendekatkan anak perempuan ke ayahnya dan anak laki-laki ke ibunya sehingga anak tidak memperoleh idola lawan jenis pertema dari orang terdekatnya. Akibatnya, Anak lelaki yang tidak dekat dengan ibunya di tahap ini, tidak akan pernah memahami bagaimana memahami perasaan, fikiran dan pensikapan perempuan dan kelak juga istrinya. Anak perempuan yang tidak dekat ayahnya di tahap ini, kelak berpeluang besar menyerahkan tubuh dan kehormatannya pada lelaki yang dianggap dapat menggantikan sosok ayahnya yang hilang dimasa sebelumnya.

Referensi :
Buku Fitrah Based education. Harry Santosa.
http://www.lendyagasshi.com/2016/09/resume-rb-cikutra-pendidikan.html
https://majalahayah.com/pendidikan-seksualitas-dalam-islam-untuk-anak-laki-laki/

Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 3

Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 3

Pada hari ke 3, presentasi dilakukan oleh kelompok 3, yaitu :
1. Asti Susanti
2. Devi Yuniar
3. Ida Widianingsih
4. Lala Sari Endah
5. Yayan Asharie

Tema yang mereka bahas adalah " Membangkitkan fitrah seksualitas pada anak.

Mengenalkan Seksualitas Kepada anak
Landasan :
- QS Ar Rum : 21
- QS Asy Syuaro : 166

Dorongan seksual yang diciptakan Allah dalam diri manusia telah menjadi sebab lestarinya kehidupan manusia. Agar dorongan biologis yang ada dalam diri anak sejalan dengan ketentuan Allah dan terhindar dari penyimpangan moral, maka Islam memberikan perlindungan kepada anak dengan berbagai perintah dan larangan agar dorongan seksual anak tetap terpelihara, seimbang dan suci.

Untuk itu ada beberapa hal yang bisa dilakukan :


PENTING Bagi  Orang tua untuk banyak mempelajari hal-hal terkait tentang pendidikan seks terhadap anak. Karena, semakin berkembangnya zaman pemikiran anak akan semakin bertambah dan anak akan semakin kritis mempertanyakan hal-hal yang tidak dimengerti olehnya.

Orang tua juga disarankan untuk banyak membaca atau mengikuti forum diskusi seputar pendidikan seks untuk anak usia dini dari pakar yang berkompeten dibidangnya.


πŸ“š Sumber
- Cara Nabi Mendidik Anak karya Ir. Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaud
- Bunda Sayang, 12 Ilmu Dasar Mendidik Anak
- Diskusi bersama dr. Nuly Juariyah dalam Sekolah Pranikah
-   https://life.idntimes.com/family/mely-rovina-farizal/cara-mengenalkan-sex-education-pendidikan-seks-kepada-anak

Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 2

Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 2

Presentasi ke dua dilakukan oleh kelompok 1, yaitu :
1. Angrum Husnalillah
2. Desiana Syahrusani
3. Ika Mustaqiroh
4. Irma Ariyanti

Kami mengangkat tema "Membangkitkan Fitrah Seksualitas" dengan latar belakang kasus LGBT yang sedang marak pada era digital ini.

Secara garis besar, reviu dari presentasi kami terdapat dalam slide ini.



Sumber bacaan:

#Fitrahseksualitas
#Sinyo,AnakkubertanyatentangLGBT
#bundasayanglevel11

#Elly Risman, Resolusipengasuhan2018
#Instagram


Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 1

Reviu Presentasi Tantangan Hari ke 1

Presentasi pertama dilakukan oleh kelompok 9 yaitu:
1. Siti Muthoharoh
2. Wedaraningtyas S
3. Arlin Rosalina
4. Safadella Syarif
5. Syarifah Fauziah

Kelompok 9 mengangkat tema " Pentingkah Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak?"

Dimulai dengan pembahasan perbedaan antara Gender dan Seks (Jenis Kelamin)

Gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial (yaitu kebiasaan yang tumbuh dan disepakati dalam masyarakat) dan dapat diubah sesuai perkembangan zaman.

Seks adalah perbedaan organ biologis antara laki-laki dan perempuan, terutama pada bagian-bagian reproduksi.

Secara lebih jelas perbedaan gender dan seks/jenis kelamin dapat dilihat pada poin-poin ini :
Jenis kelamin (seks)
•Tidak dapat diubah
•Tidak dapat dipertukarkan
•Berlaku sepanjang zaman
•Berlaku dimana saja
•Merupakan kodrat Allah
•Ciptaan Allah

Gender:
•Dapat berubah
•Dapat dipertukarkan
•Tergantung waktu
•Tergantung budaya setempat
•Bukan merupakan kodrat Allah
•Buatan manusia

Fitrah Seksualitas Penting di tumbuhkan sejak dini kepada anak-anak dengan harapan :
1. Dapat memberikan pemahaman anak akan kondisi tubuhnya
2. Dapat memberikan pemahaman akan lawan jenis
3. Dapat memberikan pemahaman untuk menghindarkan diri anak dari kekerasan seksual
4. Membersamai anak agar memperoleh informasi yang tepat
5. Menghindarkan anak dari perilalu negatif dan perilaku menyimpang
6. Menghindari hal-hal yang memungkinkan anak merasa kehilangan kelekatan akan sosok ayah dan ibunya, entah itu karena bencana, perceraian, atau dikirimnya anak ke pondok terlalu dini tanpa adanya pendekatan dan pengenalan tentang fitrah seksualitas secara menyeluruh.


Tanpa fitrah yang tumbuh hebat maka mustahil bangkit manusia yang beradab alias biadab (bi=tidak) sebagaimana para pengusung penyimpangan seksualitas. Naudzubillah.

Sumber :
-Fitrah Based Education oleh Ust. Harry Santosa