Sabtu, 17 Desember 2016

Materi 9 MIP : Bunda Sebagai Agen Perubahan

_Matrikulasi IIP batch #2 sesi #9_

*BUNDA SEBAGAI AGEN PERUBAHAN*

Perempuan khususnya seorang ibu adalah instrumen utama yang sangat berperan sebagai agen perubahan. Dari sisi individu untuk menjadi agen perubahan adalah hak semua orang tidak berbatas gender. Karena semua memiliki potensi dasar yang sama berupa akal, naluri dan kebutuhan fisik. Sedangkan dalam konteks masyarakat, keberadaan ibu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan keluarga, dimana keduanya memiliki porsi prioritas yang sama.

Keberadaan Ibu di masyarakat akan meningkatkan kualitas pendidikan keluarga di rumah, demikian juga pendidikan keluarga di rumah akan memberikan imbas positif pada peningkatan kualitas masyarakat.

Maka berkali-kali di Ibu Profesional kita selalu mengatakan betapa pentingnya mendidik seorang perempuan itu. Karena

*“mendidik 1 perempuan sama dengan mendidik 1 generasi”*

Maka apabila ada 1 ibu membuat perubahan maka akan terbentuk perubahan 1 generasi yaitu generasi anak-anak kita. Luar biasa kan impactnya.

Darimanakah mulainya?

Kembali lagi, kita harus memulai perubahan di ranah aktivitas yang mungkin menjadi

 *“MISI SPESIFIK HIDUP KITA”*

Kita harus paham *JALAN HIDUP* kita ada dimana. Setelah itu baru menggunakan berbagai *CARA MENUJU SUKSES*.

Setelah menemukan jalan hidup, segera lihat lingkaran 1 anda, yaitu keluarga. Perubahan-perubahan apa saja yang bisa kita lakukan untuk membuat keluarga kita menjadi *CHANGEMAKER FAMILY*.

Mulailah dengan perubahan-perubahan kecil yang selalu konsisten dijalankan. Hal ini untuk melatih keistiqomahan kita terhadap sebuah perubahan.

Maka gunakan pola _kaizen_( Kai = perubahan , Zen = baik) Kaizen adalah suatu filosofi dari Jepang yang memfokuskan diri pada pengembangan dan penyempurnaan secara terus menerus dan berkesinambungan.


Setelah terjadi perubahan-perubahan di keluarga kita, mulailah masuk lingkaran 2 yaitu masyarakat /komunitas sekitar kita. Lihatlah sekeliling kita, pasti ada misi spesifik Allah menempatkan kita di RT ini, di Kecamatan ini, di kota ini atau di negara ini. Lihatlah kemampuan anda, mampu di level mana. Maka jalankan perubahan-perubahan tersebut, dari hal  kecil yang kita bisa.


*START FROM THE EMPHATY*

Inilah kuncinya.

 _Mulailah perubahan di masyarakat dengan membesarkan skala perubahan yang sudah kita lakukan di keluarga_.

Sehingga aktivitas kita di masyarakat tidak akan bertabrakan dengan kepentingan keluarga. Bahkan akan saling mendukung dan melengkapi.

_Setelah EMPHATY maka tambahkan PASSION  , hal ini akan membuat kita menemukan banyak sekali SOLUSI di masayarakat_


KELUARGA tetap no 1, ketika bunda aktif di masyarakat dan suami protes , maka itu warning lampu kuning untuk aktivitas kita, berarti ada yang tidak seimbang. Apabila anak yang sudah protes, maka itu warning keras, LAMPU MERAH. Artinya anda harus menata ulang tujuan utama kita aktif di masyarkat.

Inilah indikator bunda shalehah, yaitu _bunda yang keberadaannya bermanfaat bagi dirinya, keluarganya dan lingkungan sekitarnya_.


Sehingga sebagai makhluk ciptaan Allah, kita bisa berkontribusi kebermanfaatan peran kita di dunia ini dengan “Rasa TENTRAM”.

Salam


 /Tim Matrikulasi IIP/

Sumber Bacaan :

_Masaaki Ima, Kaizen Method, Jakarta , 2012_

_Ashoka Foundation, Be a Changemaker: Start from the Emphaty,  2010_

_Materi-materi hasil diskusi keluarga bersama Bapak Dodik Mariyanto, Padepokan Margosari,  2016_

Resume Diskusi
Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #9
BUNDA SEBAGAI AGEN PERUBAHAN
Tanggal : 13 Desember 2016
Waktu : Pkl. 19.45 - 21.00   WIB
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

1. Ibu Asti Rangkasbitung
Mohon tipsnya jika masih tinggal dg orang tua. Karena ada beberapa hal yang dibolehkan oleh kita tapi orang tua melarang. Sebagai langkah kecil untuk melakukan perubahan untuk keluarga.

Jawaban :
No 1 Jawaban: Bu Asti, umumnya orang tua merasa lebih berpengalaman dalam masalah kehidupan dibanding anak2nya. Berkomunikasi dgn ortu/mertua itu memang gampang2 susah & mereka tidak suka dibantah secara terang2an, seringkali mereka akan tersinggung jika kita melakukan hal itu. Mengapa demikian?
1. Perubahan hormon (progesteron pada wanita, testosteron pada laki2) yg berpengaruh pada kestabilan emosi.
2. Perubahan fisik & tenaga yg smakin lemah

Bgm berkomunikasi dgn ortu/mertua jika kita ingin menyampaikan gagasan/kritikan? Menurut bu Elly Risman dlm artikel pengasuhan lintas generasi, ajukan gagasan/kritikan dlm bentuk *pertanyaan* kpd ortu, jangan langsung menggurui dgn teori2 walau sehebat apapun kita. *Pertanyaan* membuat orang berpikir & introspeksi, kemudian mencari jawaban. Walaupun proses ini memakan waktu. Setelah pertanyaan diajukan, tunggu jawaban mereka. Barulah kita ngobrol dengan mereka sambil disisipi gagasan atau kritikan scr halus pada mereka.
Insya Allah dgn sering mengobrol & berkomunikasi yg baik, akan terbuka pemahaman ortu kita.

Mohon maaf, memang sebaiknya saat sdh berumah tangga lebih baik hidup mandiri terpisah dari ortu/mertua agar dalam satu nahkoda rumah, tidak timbul 2 peraturan, 2 pimpinan, 2 manajemen rumah tangga, yg berbeda, yg ujung2nya menimbulkan konflik ortu kpd anak.
Smoga bisa diterima masukannyaπŸ™πŸ˜Š✅


2. Ibu Devi Yuniar - Serang
Bagaimana menjaga konsistensi qta supaya tetap semangat menjadi agen perubahan meskipun partner hidup kita tidak sejalan ... ( maksud nyaa belum terlalu tergerak hati nya untuk mulai berproses beerubah menjadi lebih baik )

Jawaban 2
1.Niatkan karena Allah. Segala hal baik hanya sia-sia jika salah niat. Dengan niat karena Allah pasti Allah menolong bunda dengan jalan apa pun. Insya Allah.

2. Berada di tengah komunitas yang sevisi misi. Karena semangat itu menular. Dengan berkomunitas kita menjaga semangat itu, karena dipelihara bersama-sama.

3. Banyak ajak ngobrol suami dengan santai tentang kegiatan-kegiatan bunda dalam rangka agen of change itu. Jangan sama-sama tidak saling cerita. Agar tidak semakin beda dunia. Maklumi dulu jika suami tidak banyak bercerita, karena laki-laki nature nya memang sangat irit bicara. Hanya saja, pilih waktu dan kondisi. Pilih saat tidak sedang terlalu lelah atau stres.

4. Validasi kegiatan2 positif suami.  Tak apa jika bunda belum diberi validasi oleh suami. Perubahan memang butuh waktu yang sangat panjang. Untuk merubah seseorang, kita dulu yang harus berubah.

5. Buktikan apa yang bunda lakukan sangat berdampak positif bagi keluarga, terutama bagi suami. Meskipun ibu tidak dipuji apalagi dibantu, buktikan dampak positif itu terus menerus. Istiqamah.

6. Jangan menuntut apalagi memaksa suami agar perubahan bisa terjadi seketika. Kita pun belum tentu mau bila dipaksa. Tuntun beliau dengan kasih sayang dan keikhlasan bunda. Kenapa bunda dijodohkan dengan beliau, pasti ada jawaban menariknya. Discover!

7. Jika suami melarang, dengarkan dulu jangan langsung dibantah.Tanggapi dengan pertanyaan. Periksa persepsi suami, bunda jangan langsung berasumsi.

8. Terakhir, do'akan suami agar diberi petunjuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bisa kompak dengan bunda. Butuh proses panjang. Sabar ya. Bukankah kerasnya batu pun bisa berlubang oleh tetesan air yang terus menerus? Semoga.✅


3. Anis - Garut

A. Ada pernyataan Bu Septi sbb : "Bisa jadi aktivitas yang anda Suka dan Bisa adalah bagian dari misi hidup anda"

Yang saya paham selama ini, untuk melakukan aktivitas yg sy suka & bisa itu turunan dr misi hidup (maaf klo sy gagal paham 😁)

Jadi yang pertama didahulukan itu menentukan aktivitas yg bisa & suka atau menentukan misi hidup?

B. Adakah batasan usia yang tepat untuk anak agar bisa empati terhadap isu masyarakat?

No 3. Jawaban:
A. Bu Anis, Bisa itu berkaitan dgn Kemampuan. Suka itu berkaitan dgn Rasa/Perasaan.
Bagi yg sdh menemukan Misi hidupnya seperti bu Anis bilang, hal itu (aktivitas suka & bisa) menjadi turunan/hal khusus, konkret & detail dari misi hidup.
Bagi yg belum menemukan misi hidup, aktivitas suka & bisa mjd jalan menemukan misi hidupnya✅

B. Anak2 umur 0 sd 6/7 tahun masih dalam tahap egosentris tinggi, mereka masih suka mengeksplorasi kemampuan belajar mereka.
Jadi menurut saya, mereka belum bisa berempati kpd kondisi lingkungan skitar. Menurut sy diatas umur 7 tahun baru bisa diajak berempati & menjalin hub sosial kemasyarakatan yg bagus.
*Kecuali* anak2 yg memang sejak lahir punya rasa simpati yg tinggi, punya kecerdasan diri/interpersonal yg tinggi, biasanya dibawah umur 7 tahun sdh mampu diajak berempati✅


4. Ibu Yuyun - Serang
Pertanyaan:
di materi #9 ada penjelasan seperti ini:

_Mulailah perubahan di masyarakat dengan membesarkan skala perubahan yang sudah kita lakukan di keluarga_

Yang sudah kita lakukan selama ini ke anak anak di lingkungan sekitar melalui pendidikan alquran dan agama.dan baru sebagian orang tua aja yg terbina mau di ajak belajar bareng mengenai agama dan parenting.

 Krn masih banyak ortu yg blm paham mengenai parenting dan agama juga.jd anak anak kurang maksimal perkembangan akhlaknya.

Jadi sangat betul sekali klo ibu itu agen perubahan.


Yg ingi saya tanyakan:
A.  apa kiat mempengaruhi mereka agar melek parenting seperti para anggota grup IIP.(MIP)

B.yg kedua bukan pertanyaan tapi *permohonan atau usulan*

Setelah nnt ada tips dan kiat dr para tim fasil bagaimana mempengaruhi mereka...saya ingin ada desa (komplek) binaan IIP.yg offline. Krn tdk semua mereka melek wa dan hp nya smart.atau
 menyadarkan agar hp nya buat belajar awalnya offline dl kali yaa...

Jawaban

4. A. Untuk orang yang sama sekali tidak melek parenting, mengajak mereka memang tantangan tersendiri. Misalnya saat ngobrol santai kita harus menyodorkan kasus-kasus dulu untuk membuka pintu gerbang permasalahan agar mereka tertarik, misal kasus bunuh diri pada anak, pemerkosaan sesama anak,  tawuran dst. Baru jika mereka sudah merasakan kekhawatiran dengan contoh kasus tadi, kita masuk pada tema parenting. Secara bertahap kita lanjutkan pada ajakan mengikuti kajian parenting atau seminar.


B. Usulan Bu Yuyun dengan diadakan desa binaan sangat bagus. Untuk saat ini kami di IIP Banten baru masuk di wilayah on air radio, mengisi kajian parenting di TK-TK dan dalam waktu dekat akan merambah dunia kampus-kampus di Banten, agar para mahasiswi lebih siap ketika menjadi istri dan ibu. Jika ada TK atau kampus yang ingin diisi kajian parenting oleh tim kami silakan ajukan permohonan. Sekali lagi terima kasih Bu Yuyun atas masukannya.✅


5. Ibu Sofi - Garut
A. Bagaimana kah kita mengkomunikasikan kepada anak (usia di bawah 3 th) tentang keaktifan kita di masyarakat/ketika hrs kerja? *jika memang keadaan yg mewajibkan kita harus meningglkan keluarga.
B. Apakah harus mengatakan klo kita bekerja untk mencari rezeki atau bagaimana?

5. Ibu Sofi - Garut
A. Bagaimana kah kita mengkomunikasikan kepada anak (usia di bawah 3 th) tentang keaktifan kita di masyarakat/ketika hrs kerja? *jika memang keadaan yg mewajibkan kita harus meningglkan keluarga.
➡ Diajak.ke tempat bekerja, supaya dia terbayang apa yang bundanya lakukan jika terpaksa meninggalkannya di rumah bersama orang yang diamanahi. Penting, supaya ia merasa aman dan nyaman tak merasa terabaikan. ✅
B. Apakah harus mengatakan klo kita bekerja untk mencari rezeki atau bagaimana?
➡ Iya... itu bagian dari cerita. Selanjutnya tetap harus bercerita dg bahasa yang dapat dipahami anak. Misalnya: Bunda harus bekerja di puskesmas, karena di sana banyak anak-anak yang sakit. Adik suka gak kalau sakit? Kalau adik sakit adik sedih gak? Dsb.... ✅


6. Ibu Deasy M - Serang
Bu...untuk menjadi agen perubahan apa ada kiat2nya ? dan bagaimana biar kita PD untuk bisa menjadi Agen Perubahan..pengalaman pribadi...klu saya merasa kurang PD klu jadi Agen perubahan di lingk rumah...soalnya banyak ibu2 nya yg usianya lebih senior dari saya...tp klu di sekolah meskipun usianya lebih senior saya PD2 aja...😊

6. Ibu Deasy M - Serang
Bu...untuk menjadi agen perubahan apa ada kiat2nya ? dan bagaimana biar kita PD untuk bisa menjadi Agen Perubahan..pengalaman pribadi...klu saya merasa kurang PD klu jadi Agen perubahan di lingk rumah...soalnya banyak ibu2 nya yg usianya lebih senior dari saya...tp klu di sekolah meskipun usianya lebih senior saya PD2 aja...😊
➡ tips nya belajar terus, jangan merasa lebih punya banyak ilmu. Kepada orang yang lebih senior, akhlak dan tindakan sehari-hari yang akan menarik hati mereka. ✅


7. Ibu Angrum - Serang
Dalam rumah..InsyaAllah saya tetap fokus pada bunda sayang dan cekatan, tp dlm masyarakat saya "gemas" dengan mindset ibu-ibu yang susah di ajak berubah.
Apa saya harus fokus dulu dengan bunda sayang dan cekatan, tetapi mengabaikan ibu-ibu lain di lingkungan saya, atau bagaimana sebaiknya?

No 7. Jawaban: Secara mudahnya bu Angrum, ibu sebagai agen perubahan yg baik jika saat kita beraktivitas diluar rumah, anak & suami kita nggak protes itu berarti bu angrum sdh sukses dilingkaran inti kehidupan bu angrum yaitu keluarga.
Menurut sy, jika keluarga sdh terbenahi dgn baik maka sbnrnya kita sdh mampu memberikan kontribusi perubahan pada lingkungan.
Jadi berikan sumbangsih terbaik kita ya bu. SemangatπŸ‘πŸ˜Š✅


8. Siti Mutoharoh - Serang
Assalamualaikum Bun mau ajukan pertanyaan, baru bisa ikut gabung
Terkadang saya ingin bersosialisasi dengan tetangga tetapi terkendala anak-anak yang selalu teriak-teriak saat saya misalnya baru saja menyapa tetangga dan akan memulai percakapan, apa yang seperti itukah tanda lampu merah dari anak-anak, agar saya lebih bersabar utk menunda dan menunggu saat yang tepat dg tetangga,utk bersosialisasi  dan lebih fokus ke anak-anak?

No 8. Jawaban: Bu Mut, pada dasarnya anak2 selalu mencari perhatian kpd ortunya.
Kalo saya lg ngobrol dgn ayahnya, anak sy suka manggil2 nanya2 sesuatu atau bercerita tentang sesuatu disaat yg bersamaan dgn aktivitas kita ngobrol dgn sesama orang dewasa.

Nah, yang perlu ditanamkan adalah *Adab* berbicara & berkomunikasi dgn orang tua. Agar mereka bersabar mendengarkan obrolan orang dewasa, tidak berteriak2, tidak menyela, tidak mengganggu obrolan orang dewasa yg penting.  Setelah obrolan selesai, barulah mereka boleh berbicara, bertanya atau bercerita. Tanamkan pemahaman menghormati pentingnya pembicaraan orang dewasa, berikan juga pemahaman bahwa saat orang dewasa mengobrol serius, bukan berarti berkurang perhatian & kasih sayang kpd mereka.

Jadi bu Mut, itu sikap umum anak2, bukan Bentuk Khusus Penolakan anak2 thd aktivitas bu Mut bersosialisasi.
Apalagi hanya skedar menyapa, ngobrol basa basi dgn tetangga. Belum pada level acara arisan, PKK, pengajian atau aktivitas2 sosial dgn waktu yg lama.
Jadi ajarilah anak2 kita Adab berbicara & berkomunikasi😊✅

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Tidak ada komentar:

Posting Komentar