Kamis, 02 Maret 2017

Apakah Anak di bawah 7 Tahun Tidak Boleh diajarkan Adab atau Mandiri atau Disiplin?

dr FB Harry Santosa
Apakah Anak di bawah 7 Tahun Tidak Boleh diajarkan Adab atau Mandiri atau Disiplin?

Ayah Bunda yang baik fitrahnya,

Anak anak kita di bawah 7 tahun ini fitrahnya masih baru tumbuh merekah sedang indah indahnya. Jadi harus hati-hati benar dan sepenuhnya mencintainya.

Para psikolog menyebut masa ini masih pra latih atau pra operasional. Dalam perspektif perkembangan manusia, masa ini anak belum punya tanggungjawab moral apalagi sosial.

Karenanya dalam Islam, orangtua baru diperintahkan utk memerintahkan anaknya (untuk sholat) di usia 7 tahun bukan sejak dini, apakah Allah lalai?

Tentu Maha Suci Allah, karena Allahlah Yang Paling Tahu fitrah manusia. Tiada anak di bawah 7 tahun yg suka gerakan formal dan tertib.

Begitupula banyak hadits bertebaran ttg betapa pentingnya merawat imaji imaji keindahan anak di bawah 7 tahun. Imaji dan abstraksi anak sedang puncaknya.

Maka betapa penting dan besarnya pahala bermain, bercanda dan membahagiakan hati anak.

Pesan Rasulullah SAW :

"Siapa yang memiliki anak, hendaklah ia bermain bersamanya dan menjadi sepertinya. Siapa yang mengembirakan hati anaknya, maka ia bagaikan memerdekakan hamba sahaya. Siapa yang bergurau (bercanda) untuk menyenangkan hati anaknya, maka ia bagaikan menangis karena takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla"

Para ulama juga mengingatkan agar menunda semua bentuk cerita ttg neraka, hari kiamat, perang akhir zaman, dajjal dsbnya, pd anak di bawah 7 tahun.

Lantas, apa tidak dididik adab, disiplin, mandiri dll????

Tentu saja dididik, tetapi mendidik berbeda dengan mengajarkan. Mendidik itu menumbuhkan antusias, gairah, cinta, dsbnya.

Mendidik itu mirip berdakwah, sangat memperhatikan tahapan usia, kematangan, perasaan, fikiran, sifat dari obyek dakwah.

Apalagi anak di bawah 7 tahun, tentu kita harus sangat bijak dan kreatif, cinta sekaligus logika (nalar) agar tidak menciderai fitrahnya.

Jadi?

Nah,

1. Inspirasikan, Imajikan dan teladankan indahnya perilaku baik melalui kisah kisah indah maupun contoh langsung.

Jangan paksa melakukan kebaikan jika sedang tidak mau, karena mereka belum memiliki kesadaran akan nilai, namun di waktu yang nyaman dan menyenangkan, perbanyak menginspirasi dan meneladankan.

Misalnya ajaklah anak membereskan mainan dengan bermain dan seru, ajaklah anak makan bersama dengan anak anak yatim dan membagikan hadiah utk mereka dsbnya, ini jauh lebih berkesan indah sepanjang hayat anak, daripada cara cara shortcut.

Jadi asah dan tajamkan naluri dan nurani fitrah keayahan atau fitrah keibuan kita, temukan cara2 keren dan menyenangkan.

2. Salurkan potensi energinya dan sifat uniknya, jangan membenturkannya dengan akhlak dan adab.

Misalnya anak yang suka cerewet dimarahi padahal ini potensi suka berkomunikasi. Anak yang suka keras kepala dihukum padahal ini potensi pemimpin dll.

Jika suka berkomunikasi (cerewet), jadikan dia direktur humas di rumah, beri tugas yang banyak bicara, misalnya beri panggung untuk bercerita dan berkisah, dengarkan dengan antusias. Beri jadwal menyapa nenek dan kakek, mengantarkan makanan atau undangan ke tetangga dll. Lihatlah betapa antusias dan gerak semangatnya ketika menjalaninya.

Jika suka memimpin, maka jadikan pimpro dalam kegiatan sederhana, misalnya pimpro jalan jalan, pimpro berkebun atau memelihara hewan dll. Lihatlah binar matanya ketika menerima dan menjalankan tugas itu.

3. Banyaklah berempati menggali perasaannya, berhenti menggunakan kacamata kita dalam menyerap maksud perilaku anak, gunakanlah kacamata anak.

Setiap perilaku anak yang nampak nakal adalah jeritan hati anak yang tak bertemu jalan keluarnya, maka tangkaplah maknanya, bacalah binar atau redup matanya, amati gestur tubuhnya dll. Temukan kebutuhannya dan solusinya.

4. Dahulukan pesan kebaikan bukan pesan keburukan. Jika anak naik meja makan, daripada berteriak, "jangan nakal, jangan naik, nanti jatuh, nanti kotor..." sebaiknya katakan "nak, meja itu utk makan ya sayaang, kaki kamu utk jalan di lantai atau jalan ke masjid"

Anak akan mengingat kebaikan lebih banyak dan berkesan daripada keburukan.

5. Adabkan anak dengan cinta, sehingga dia cinta pada adab. Temukan cara dan waktu yg tepat utk membuatnya bergairah pada kebaikan.

Anak di bawah usia 7 tahun yang terlalu cepat diadabkan dengan cara cara yang tidak alamiah (shortcut) maka kelak kita temukan anak yang tidak beradab karena mereka menangkap kesan buruk tentang adab, lalu membenci adab sepanjang hidupnya.

Ingatlah bahwa adab bukan tentang disiplin dan etika, namun tentang perbuatan yang berderajat dan bermartabat indah yang sesuai dengan fitrah manusia..

Salam Pendidikan Peradaban

#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak
#fitrahbasededucation

2 komentar: