Kamis, 24 November 2016

Materi 6 MIP : Ibu Manager Keluarga Handal

*IBU MANAJER KELUARGA HANDAL*

_Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #6_

*Motivasi Bekerja Ibu*
link video youtube :matrikulasi iip 6

Ibu rumah tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk ibu yang bekerja di ranah domestik. Sedangkan Ibu Bekerja adalah sebutan untuk ibu yang bekerja di ranah publik. Maka melihat definisi di atas, sejatinya semua ibu adalah *_ibu bekerja_* yang wajib professional menjalankan aktivitas di kedua ranah tersebut, baik domestik maupun publik.
Apapun ranah bekerja yang ibu pilih, memerlukan satu syarat yang sama, yaitu

*_kita harus “SELESAI” dengan management rumah tangga kita_*

Kita harus merasakan rumah kita itu lebih nyaman dibandingkan aktivitas dimanapun. Sehingga anda yang memilih sebagai ibu yang bekerja di ranah domestik, akan lebih professional mengerjakan pekerjaan di rumah bersama anak-anak. Anda yang Ibu Bekerja di ranah publik, tidak akan menjadikan bekerja di publik itu sebagai pelarian ketidakmampuan kita di ranah domestik.


Mari kita tanyakan pada diri sendiri, apakah motivasi kita bekerja ?

πŸ€Apakah masih *ASAL KERJA*, menggugurkan kewajiban saja?

πŸ€Apakah didasari sebuah *KOMPETISI* sehingga selalu ingin bersaing dengan orang/ keluarga lain?


πŸ€Apakah karena *PANGGILAN HATI* sehingga anda merasa ini bagian dari peran anda sebagai Khalifah?


Dasar motivasi tersebut akan sangat menentukan action kita dalam menangani urusan rumah tangga dan pekerjaan kita
.
πŸ€Kalau anda masih “ASAL KERJA” maka yang terjadi akan mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi, anda menganggap pekerjaan ini sebagai beban, dan ingin segera lari dari kenyataan.


πŸ€Kalau anda didasari “KOMPETISI”, maka yang terjadi anda stress, tidak suka melihat keluarga lain sukses


πŸ€Kalau anda bekerja karena “PANGGILAN HATI” , maka yang terjadi anda sangat bergairah menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada. Setiap kali selesai satu tugas, akan mencari tugas berikutnya, tanpa _MENGELUH_.

*Ibu Manajer Keluarga*

Peran Ibu sejatinya adalah seorang manager keluarga, maka masukkan dulu di pikiran kita

*_Saya Manager Keluarga_*

kemudian bersikaplah, berpikirlah selayaknya seorang manager.

πŸ€Hargai diri anda sebagai manager keluarga, pakailah pakaian yang layak (rapi dan chic) saat menjalankan aktivitas anda sebagai manager keluarga.

πŸ€Rencanakan segala aktivitas yang akan anda kejakan baik di rumah maupun di ranah publik, patuhi


πŸ€Buatlah skala prioritas

πŸ€Bangun Komitmen dan konsistensi anda dalam menjalankannya.


*Menangani Kompleksitas Tantangan*

Semua ibu, pasti akan mengalami kompleksitas tantangan, baik di rumah maupun di tempat kerja/organisasi, maka ada beberapa hal yang perlu kita praktekkan yaitu :

*_a. PUT FIRST THINGS FIRST_*

Letakkan sesuatu yang utama menjadi yang pertama. Kalau buat kita yang utama dan pertama tentulah anak dan suami. - Buatlah perencanaan sesuai skala prioritas anda hari ini - aktifkan fitur gadget anda sebagai organizer dan reminder kegiatan kita.


*_b.ONE BITE AT A TIME_*

Apakah itu one bite at a time?
-Lakukan setahap demi setahap -Lakukan sekarang -Pantang menunda dan menumpuk pekerjaan

*_c. DELEGATING_*

Delegasikan tugas, yang bisa didelegasikan, entah itu ke anak-anak yang lebih besar atau ke asisten rumah tangga kita.

*_ Ingat anda adalah manager, bukan menyerahkan begitu saja tugas anda ke orang lain, tapi anda buat panduannya, anda latih, dan biarkan orang lain patuh pada aturan anda_*

_Latih-percayakan-kerjakan-ditingkatkan-latihlagi-percayakan lagi-ditingkatkan lagi begitu seterusnya_

Karena pendidikan anak adalah dasar utama aktivitas seorang ibu, maka kalau anda memiliki pilihan untuk urusan delegasi pekerjaan ibu ini, usahakan pilihan untuk mendelegasikan pendidikan anak ke orang lain adalah pilihan paling akhir.

*Perkembangan Peran*

Kadang ada pertanyaan, sudah berapa lama jadi ibu? Kalau sudah melewati 10.000 jam terbang seharusnya kita sudah menjadi seorang ahli di bidang manajemen kerumahtanggaan. Tetapi mengapa tidak? Karena selama ini kita masih

 *_SEKEDAR MENJADI IBU_*

Ada beberapa hal yang bisa bunda lakukan ketika ingin meningkatkan kualitas bunda agar tidak sekedar menjadi ibu lagi, antara lain:

πŸ€Mungkin saat ini kita adalah kasir keluarga, setiap suami gajian, terima uang, mencatat pengeluaran, dan pusing kalau uang sudah habis, tapi gajian bulan berikutnya masih panjang.

 Maka tingkatkan ilmu di bidang perencanaan keuangan, sehingga sekarang bisa menjadi “managjer keuangan keluarga.


πŸ€Mungkin kita adalah seorang koki keluarga, tugasnya memasak keperluan makan keluarga. Dan masih sekedar menggugurkan kewajiban saja. Bahwa ibu itu ya sudah seharusnya masak.Sudah itu saja, hal ini membuat kita jenuh di dapur.

Mari kita cari ilmu tentang manajer gizi keluarga, dan terjadilah perubahan peran.


πŸ€Saat anak-anak memasuki dunia sekolah, mungkin kita adalah tukang antar jemput anak sekolah. Hal ini membuat kita tidak bertambah pintar di urusan pendidikan anak, karena ternyata aktivitas rutinnya justru banyak ngobrol tidak jelas sesama ibu –ibu yang seprofesi antar jemput anak sekolah.

 Mari kita cari ilmu tentang pendidikan anak, sehingga meningkatkan peran saya menjadi “manajer pendidikan anak”.

 Anak-anakpun semakin bahagia karena mereka bisa memilih berbagai jalur pendidikan tidak harus selalu di jalur formal.


πŸ€Cari peran apalagi, tingkatkan lagi…..dst

 Jangan sampai kita terbelenggu dengan rutinitas baik di ranah publik maupun di ranah domestik, sehingga kita sampai lupa untuk meningkatkan kompetensi kita dari tahun ke tahun.

 Akhirnya yang muncul adalah kita melakukan pengulangan aktivitas dari hari ke hari tanpa ada peningkatan kompetensi.  Meskipun anda sudah menjalankan peran selama 10.000 jam lebih, tidak akan ada perubahan karena kita selalu mengulang hal-hal yang sama dari hari ke hari dan tahun ke tahun.

Hanya ada satu kata

*BERUBAH atau KALAH*

Salam Ibu Profesional,


/Tim Matrikulasi IIP/


_SUMBER BACAAN_:

_Institut Ibu Profesional, Bunda Cekatan, sebuah antologi perkuliahan IIP,  2015_

_Hasil diskusi Nice Homework Matrikulasi IIP Batch #1, 2016_

_Irawati Istadi, Bunda Manajer Keluarga, halaman featuring, Success Mom's Story: Zainab Yusuf As'ari, Amelia Naim, Septi Peni, Astri Ivo, Ratih Sanggarwati, Okky Asokawati,Fifi Aleyda Yahya, Oke Hatta Rajasa, Yoyoh Yusroh, Jackie Ambadar, Saraswati Chasanah, Oma Ary Ginanjar, Pustaka Inti, 2009_

Resume Diskusi
Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #6
IBU, MANAGER KELUARGA HANDAL
Tanggal : 22 Nopember 2016
Waktu : Pkl. 19.30 - 20.30 WIB
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••


1. Ibu Asti susanti - rangkasbitung
Saat motivasi kita masih sekedar bekerja (baik drmh maupun diluar) apakah yang harus dilakukan agar bisa naik menjadi panggilan hati dan istiqomah dalam menjalankannya.

Jawab :
1. Up grade kualitas diri secara terus menerus Bu. Baik secara ilmu dan juga pengamalannya. Miliki motivasi dari dalam diri (intrinsik), bukankah  up grade diri itu juga termasuk ibadah sebagai tanda bukti syukur kita pada Allah swt?!
Kemudian cari support systemnya (ekstrinsik); bisa dari komunitas, kumpulan pengajian, buku-buku, dst. Jangan berjalan sendiri. Keistiqamahan itu sebagaimana juga semangat bisa saling menular.✅

2. Ibu Sri - Majalengka
●Hmmm... dahsyat sekali, bun... jadi tetap dimungkinkan seorang ibu untuk sukses di 2 ranah domestik & publik?

Jawab:
 Kalo pertanyaannya Mungkinkah ... ? jawaban saya adl Mungkin. Kok serasa syair lagunya Andre stinky yaπŸ˜„
Maaf intermezzo,
Banyak juga ibu2 yg bekerja di sektor publik juga sukses dalam mendidik anak. Tapi butuh Energi yang luar biasa besar & Berkomitmen Tidak membawa urusan Kantor masuk mempengaruhi urusan Rumah.

● Sebenarnya, Alhamdulillah saya selalu bikin time schedule utk semua goal, baik pribadi maupun kantor (Kalo keluarga sbg team, belum mulai dibikin...) cuma seringnya susah ditepati. Dalam artian, ada jadwal yg terpaksa batal, karena ada rapat dinas di luar kota atau karena hal lain. Yg ingin ditanyakan, Gimana trik2 menyusun time schedule yang fleksible tanpa menurunkan kualitas goal yg ingin dicapai...
Makasih

Jawab:
Terus terang sy Bukan Ibu yg bekerja di Ranah Publik
Tapi akan sy coba menjawabnya.
Yang dilakukan bu Sri saat ini membuat Time schedule sudah tepat,
Saran sy bu Sri membuat list dalam sehari kegiatan2 yg urgent apa, obrolkan/diskusikan dengan suami & anak2. Latih & buat simulasi dengan mereka seandainya ada hal2 yg sangat urgen yg membuat bu sri tidak mampu memenuhi janji atau jadwal penting bersama anak2, Minta Suami utk menggantikan posisi bu Sri sementara waktu. Dan buat jadwal diwaktu liburan utk mengganti waktu yg hilang bersama keluarga.
Smoga bermanfaat✅

● Boleh melanjutkan Pertanyaan ya, bun... sy sebenernya sudah komitmen utk tidak membawa urusan kantor ke rumah. Tapi kenyataannya susah sekali utk PNS di ranah kesehatan seperti sy, krn kadang kalo ada kasus yg darurat dan butuh penanganan segera, mau ga mau, kita harus terlibat. Yg ingin saya tanyakan, Gimana solusi komunikasi yg baik utk kasus seperti ini. Supaya komitmen tetap berjalan, dan sumpah janji sy sbg PNS juga bisa ditepati... Makasih…

Jawab :
Sy coba jawab ya bu Sri, perlu ngobrol dengan jujur & terbuka dari hati ke hati dengan suami, resiko pekerjaan nya bu sri bagaimana, apa yg dibutuhkan bu sri & apa yg dibutuhkan suami, peran apa yg bisa dilakukan bu sri & peran apa yg bisa dilakukan suami.
Apa yg harus dilakukan jika kondisi urgen sehingga bu sri harus meninggalkan rumah sewaktu2, itu harus dicatat & dipatuhi bersama.
Bicarakan juga dengan anak2, latih & simulasikan berulang2. Karena bagi anak2, paham apa yg kita komunikasikan butuh waktu.

3. Bunda Syafiya
Gmn menyemangati diri,imag sebagian org itu kan ibu yg ga kerja tu d pandang sebelah mata oleh sebagian org,dah hampir setahun sy memilih u tdk bekerja u fokus ngurusin anak2, tpi rasa bete itu sering melanda.rasa males suka menguasai diri😊,gmn ya dah berusaha u evaluasi,meluruskan niat jg.palagi suami kurang suka krn pemahaman nya jg kurang tntng mendidik anak.
Sy mengajarkan kemandirian k anak2,tpi itu semua luluh lantah krn suami memanjakan ny,sy dah komunikasikan dgn suami,tpi beliau ga pernah nanggepin serius.
Beliau malah nyaranin k sy klu dpt ilmu dri MIP ini jg d praktekin terlalu sempurna,dia pengen mendidik anak ala kadar ny z,gmn ya beliau klu d ajakin ngobrol msalh anak ga mau aja

Jawab :
Bunda... tetap semangat ya.. Banyak ibu yang mengalami perjuangan yang serupa. Intinya kita yang lebih sering berinteraksi dengan anak. Jika kita investasi 5 jam untuk fokus pada anak, sementara sang Ayah hanya waktu sisa. Bukankah akan lebih mengena waktu berinteraksi dengan ibunya? Semoga perubahan baik pada anak-anak bisa menjadi pintu terbukanya hati dan pikiran sang Ayah. πŸ€— ✅

4. Ibu Lusi - Pandeglang
Saya bekerja di ranah publik, mendelegasikan pengasuhan anak ketika bekerja pada pengasuh. Karena usia pengasuh hampir sama dg ibu saya, seringnya saya merasa ga enak untuk memberikan panduan pengasuhan yang sesuai keinginan saya, terbentur dari perasaan pengasuh bahwa beliau lebih berpengalaman dari saya. Adakah tips untuk meminimalisir rasa "ga enakan" saya ini?

Jawab :
Tentukan 1 karakter/prinsip yang akan ditanamkan. Dilatihkan dulu selama 3 bulan. Jadi kita tidak terlalu cerewet. Tentu saja, jika ada yang benar-benar out of track harus langsung ditegur. Sharing - Samakan Frekuensi - Latih - Apresiasi - Evaluasi - Sharing - Tingkatkan lagi, dst.  ✅

5. 5. Ibu Nurrita - Serang
Terkait manajemen waktu, saya sudah bikin jadwal. Tpi kadang msh suka acak acakan entah itu karena ssuatu yg mendadak atau lain sebagainya. Bagaimana cara menyikapinya.

Jawab :

➡ Buat glondongan waktu. Misal: 4 s.d 6 Pagi rutinitas domestik. 6-7 grooming time 7-12 anak-anak 12-15 pengembangan diri 15-17 masyarakat 17-20 family forum 20-21 ngobrol dg suami 21-22 perencanaan besok.
Jadi jika ada hal yg mendesak tapi tidak penting, lalu masuk di waktu glondongan yg tidak tepat. Maka... cancel cancel go away.. "Maaf, saya sedang fokus ..... kapan kita bisa atur jadwal untuk ...." ✅
Gimana juga caranya ya biar mnjemen rumah ttp oke, suami dan anak terurus, tpi kita juga bisa ttp maksimal dgn hal2 yg menjdi passion qt. Kadang msh suka merasa kteteran dgn target2 yg sudah di azzamkan, karena kbanyakan mngurus domestik rumah
➡ harus ada pendelegasian tugas dan jadwal bagi seluruh anggota keluarga, jd bukan hanya kita yg "sibuk". ✅

6. Ibu Yuni - Serang
Bagaimana caranya agar bisa menyeimbangkan tugas rumah dan mendidik anak? Kadang, jadwal sudah tersusun, mencuci misalnya tapi anak bayi selalu nempel. Walhasil, jadwal mencuci jadi sangat molor karena harus menemani anak.

Jawab :
6. Kalau Bu Septi menerapkan 7 to 7. Maksudnya fokus pada anak dari pukul 7 pagi sampai 7 malam.  Sesudah itu anak dipegang bapaknya. Ibu bisa buat jadwal sendiri sesuaikan dengan kondisi  ibu di rumah.
Selain itu jika kondisi pekerjaan rumah masih banyak dan tidak mungkin ditinggalkan, maka ibu bisa libatkan anak. Misal mencuci,  anak sudah 2 th ke atas bisa sambil diajak mencuci. Main sikat2an baju dst. Saat ibu memasak, sambil kita mengulek bumbu biarkan anak yg memotong sayuran..ini jadi pembelajaran seru juga buat anak.
Terakhir, libatkan suami. Berbagi tugas dengannya.✅

7. Ibu Marini - Pandeglang
Bunfasil yang di masuk manager keluarga berarti kita sebagai istri mencari cara untuk dapat tambahan lagi selain dari yang di berikan oleh misua kah, karena yang biasa saya lakukan misal dapat uang trus uang itu di atur sedemikian supaya cukup sebulan, soalnya itu sudah saya lakukan sejak sma.

Jawab :
Bu Marini sepemahaman saya yang dimaksud dengan ibu sebagai manager keluarga bukan berarti "harus" mencari cara untuk dapat tambahan "uang". Tetapi bagaimana ibu bisa produktif pada hal-hal yang positif sehingga menghasilkan sesuatu karena keberhasilan ibu telah meningkatkan kapasitas "diri". Hasilnya bisa berupa karya, kepuasan batin, kebermanfaatan hidup bahkan bisa jadi juga bertambahnya uang. Seperti selogan Iip "be profesional rezeki follow" ✅

8. Ibu Siti Mutoharoh - Serang
● Apa yang harus dilakukan supaya produktif saat menemani anak ke sekolah?

Jawab :
Cek lagi apa yg bisa dan suka. Mugkinkah aktivitas.itu dibawa ketika.menemani.anak sekolah. Hindari ngerumpi yang tidak.penting tentunya.. πŸ˜‰ ✅

● Berarti kalau masih di bawah 5 th masih belum bisa diberi tugas keseharian dirumah ya bun?

Jawab :
Utk balita sifatnya ajakan ya, bukan kewajiban. Jadi ajak sehingga ia gembira melakukannya✅


9. Ibu Ellyana - Cianjur
Mau tanya tentang Competition dan Cooperation, apakah kita saya sudah benar mendidik anak" dengan cara Competition sedangkan pernah ada yg bilang seharusnya kita tanamkan Cooperation untuk anak kita karena lebih penting katanya sebab setiap orang berbeda pasionnya, mohon pencerahannya terimakasih

Jawab :
Bu Ellyana, yang saya pahami Tidak disarankan mendidik anak dengan Tujuan utk ber Kompetisi dengan keluarga lain. Krn jika keluarga lain lebih berhasil dalam mendidik, maka pasti timbul perasaan iri & merasa gagal, ujung2nya jadi tidak mensyukuri keunikan & potensi keluarga sendiri.
Kalo menanamkan Semangat berkompetisi itu Perlu agar anak selalu bersemangat mencapai target.
Menanamkan Semangat Cooperation/Kerja sama itu juga Penting agar anak2 mampu bekerja sama dengan berbagai macam tipe orang & mampu mensinergikan keunikan2 menjadi proyek/program yg unggul.✅

10. Ibu Azizah - Azizah Anyer
Yang ingin saya tanyakan:
A. Anak usia berapa sudah bisa didelegasikan tugas?
B. Jika kita sudah memaklumi keadaan rumah yang berantakan krn anak main-mainannya, tp ada pihak lain yg kdg marah krn tdk suka melihat rmh berantakan dlm hal ini ortu, karena saat ini kami tinggal di rmh ortu saya. Bagaimana saya menyikapi ortu saya?

Jawab :
10. A. Bu Azizah pendelegasian tugas pada anak lakukan secara bertahap. Mulai dari usia lima tahun sudah bisa diberi tugas yang sederhana, misal main sama adik (pendelegasian menjaga adik)selama 5 menit. Makin bertambah usianya tambah juga porsinya. Misal anak usia 7th mencuci bajunya sendiri. Kalau saya di rumah anak usia 10th sdh dpt tugas mencuci pakaian semua anggota keluarga 2xseminggu (walau pakai mesin cuci).
B. Maklumi orang tua. Kondisikan anak-anak. Ajak anak bereksplorasi di area2 tertentu saja. Tidak semua area diperbolehkan utk bebas berantakan. Sehingga orang tua tetap nyaman, kreatifitas anak pun tetap tersalurkan. ✅

11. Siti Mutoharoh - Serang
Untuk mendelegasikan tugas rumah kepada anak, baiknya di mulai saat anak usia brp ya? Dan harus di bedakan kah jenis tugasnya antara antara anak laki dan anak perempuan?

Jawab :
Jawaban sama dgn No 10.
Utk keterampilan dasar rumah anak laki-laki dan perempuan sama, tidak dibedakan tugasnya, pembedaan hanya pada pembekalan kewajiban yg berhubungan dgn Fungsi Seksual & Aqil baligh nya sj✅

12. Ibu Lala
● Bu, apakah wajar jika suami mengambil peran yang sama dalam urusan domestik?
Ikut berpartisipasi juga.

Jawab :
▪ Wajar. Boleh. Teladan kita, Rasulullah pun demikian. Hanya saja perhatikan cara kita meminta tolong dan lihat pula bagaimana kondisi suami.
▪ Tidak ada masalah bu, asalkan suami ikhlas menjalaninya. Jadi contoh juga buat anak2 kita. Tapi kultur kita yg patriarki, yg membedakan tugas laki2 & perempuan sehingga ada anggapan tidak pantas dalam masyarakat kalo laki2 mengerjakan pekerjaan domestik.
Jadikan contoh yg terbaik dalam hidup kita adl Rasulullah.

● Krna sy pernah baca ungkapan bahwa lelaki sejati itu dilihat dr keterampilannya mencari nafkah,bukan mengurus urusan RT

Jawab :
Sependek pemahaman saya tidak demikian. Cukuplah Rasulullah sebagai suri tauladan.

13. Ibu Anis - Serang
Bagaimana jika kita ingin melatih kemandirian anak spy bs meringankan tugas domestik kita? Contoh bisa mandi sendiri, makan sendiri, dll. Tp apakah ada batasan untuk melatih kemandirian anak tsb? Khawatir sikap perfeksionis ortu menjadi beban buat anak2.
#Mksdnya batasan jumlah list mandiri dlm range usia.

Jawab :
Lihat lampiran gambar chores for kids.

14. Ibu Yuni - Serang
Gimana dgn pemahaman yg ngetren skrg, bahwa mengerjakan tugas2 RT itu tugasnya suami. Karena kewajiban suami adalah menyediakan makanan dan pakaian serta tmpat tinggal yg layak. Makanan, tentu sudah matang. Pakaian, tentu yg bersih dong. Tmpt tinggal, juga rapi dan bersih.
Laah sy heran dgn pendapat  ini trus tugas kita apa dong?

Jawab :
▪ Suami istri itu sejatinya haruslah saling memulyakankan dan saling membantu. Bukan saling membebani tanpa empati.
Jadi, jika suami istri sudah berada pada core value saling  memulyakan maka artinya istri tidak mungkin ingin membebaninya lagi dengan seabreg pekerjaan rumah tangga. Sebaliknya suami dengan sendirinya ingin membantu..dalam Alquran disebutkan fastabiqul khairat. berlomba dalam kebaikan. Ini sangat cocol diterapkan juga dalam rumah tangga. Suami istri jadi partner..bukan hubungan seperti bos dan bawahan
▪ Maaf, kalo sy pribadi kurang cocok dengan pendapat sperti itu. Pasti ada kebanggaan tersendiri jika bisa memasak makanan yg disukai suami & anak2. Pasti timbul rasa kasihan & ingin membahagiakan suami, saat tahu diluar rumah ia bekerja keras mencari nafkah. Ingin nya saat suami pulang rumah sudah rapi, kita n anak sdh rapi n wangi. Menyiapkan makanan yg dia sukai. Rasa itu nggak akan tertukar oleh apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar