Sabtu, 01 April 2017

Materi 10 Matrikulasi Kordi Batch 3 : Membangun Komunitas Membangun Peradaban

MATERI MATRIKULASI IBU PROFESIONAL BATCH #3
 SESI #10
MEMBANGUN KOMUNITAS, MEMBANGUN PERADABAN

It takes a Village to raise a CHILD

“Perlu orang sekampung untuk membesarkan anak” demikian pepatah dari bangsa Afrika.

Dulu, pendidikan dimaknai, dipahami dan dijalankan oleh para keluarga dan komunitas secara berjamaah. Pendidikan adalah sebuah keniscayaan untuk membentuk komunitas yang lebih baik, demikian juga sebaliknya, komunitas memerlukan pendidikan untuk mengangkat derajat posisi peran personal dan komunal yang lebih baik di muka bumi ini serta memuliakan kearifan dan akhlak yang lebih baik bagi generasi selanjutnya.

Pendidikan bukan lahir karena adanya komunitas atau masyarakat, justru pendidikanlah yang melahirkan komunitas dan peradaban.

Pendidikan adalah tanggung jawab keluarga dan komunitas, karena keluarga dan komunitaslah yang paling paham peran yang paling bermanfaat untuk dirinya, yang paling tahu sisi kekuatan dan kelemahan dirinya.

Maka sudah saatnya kita mengembalikan keluarga dan komunitas yang kita bangun sebagai sentra pendidikan peradaban. Karena sesungguhnya peradaban adalah milik keluarga dan komunitas, karena di dalamnya akan muncul karya peradaban dan generasi peradaban yaitu anak-anak kita.

TAHAPAN MEMBANGUN PERADABAN DALAM KOMUNITAS

Membangun peradaban di komunitas bisa dijalankan seiring dengan membangun peradaban pada diri kita sendiri dan membangun peradaban di keluarga. Mari kita lihat bersama:

a. Setiap manusia memiliki MISI INDIVIDUAL

Setiap manusia dilahirkan dengan karakteristik yang unik, maka tugas dan peran yang akan dijalaninya di muka bumi ini juga pasti unik.

b. Setiap keluarga memiliki MISI KELUARGA

Misi keluarga bisa jadi misi bersama yang menjadi kekhasan setiap keluarga. Misi keluarga ini bisa jadi kombinasi dari sifat keunikan ayah, ibu dan anak. Atau bisa juga karena ada dominasi sifat yang mewarnai kekhasan keluarga. Di titik ini kita paham, apa rahasia besar Allah mempertemukan kita ( suami dan anak-anak) dalam satu keluarga.

c. Setiap komunitas memiliki MISI PERADABAN

Burung yang berbulu sama pasti akan saling bertemu

Inilah mungkin yang menyebabkan kita bisa berkumpul di komunitas Ibu Profesional, belum pernah saling ketemu muka, tapi rasanya sudah satu chemistry, karena sebenarnya kita sedang membawa misi peradaban yang sama. Yaitu membangun Rahmat bagi semesta alam lewat dunia pendidikan anak dan keluarga.

VALUES KOMUNITAS

Values komunitas adalah BERBAGI dan MELAYANI, bukan MENUNTUT.

maka :
a. Mulailah dari diri kita,
b. Berbagi apa yang kita miliki
c. Satu alasan kuat karena anda ingin melayani komunitas, bukan untuk mencari popularitas, atau bahkan untuk memenuhi kepentingan diri sendiri.

TAAT ASAS

Kemudian tahap berikutnya adalah pahami, komunitas Ibu Profesional ini hadir dan berkembang di Indonesia. Dimana asas kebangsaan yang dianut di Indonesia adalah asas BHINNEKA TUNGGAL IKA. Sebagai warga negara yang baik kita perlu TAAT ASAS. Maka pahamilah bahwa kita ini adalah BERAGAM

Perbedaan itu akan menjadi rahmat, maka berjalanlah secara HARMONI dalam KEBERAGAMAN

GERAK dan KEBERMANFAATAN

Jangan khawatr dengan jumlah, karena banyak dan sedikit itu tidak penting, yang penting adalah GERAK ANDA dan ASAS KEBERMANFAATAN kita bagi sesama.

Pakailah prinsip sebagai berikut :

Andaikata ada 1000 ibu yang mau memperjuangkan peradaban melalui pendidikan anak dan keluarga maka salah satunya adalah SAYA

Andaikata ada 100 ibu yang mau memperjuangkan peradaban melalui pendidikan anak dan keluarga maka salah satunya, pasti SAYA

Andaikata hanya ada 1 ibu saja yang mau memperjuangkan peradaban melalui pendidikan anak dan keluarga maka, ITULAH SAYA

Rumah adalah miniatur peradaban, bila potensi fitrah-fitrah baik bisa ditumbuhsuburkan, dimuliakan dari dalam rumah-rumah kita, maka secara kolektif akan menjadi baik dan mulialah peradaban.

Selamat membangun komunitas, membangun peradaban,

Selamat bergabung di komunitas Ibu Profesional.

dan bersiaplah menjadi Ibu Kebanggaan Keluarga

Salam,

/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/

_Sumber Bacaan_ :

_Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Radja Grafindo, 2000_

_Harry Santoso dkk, Fitrah Based Education, Jakarta, 2015_

_Ibu Profesional, Membangun Komunitas, Materi Perkuliahan IIP, 2015_

🌸🌸🌸 RESUME TANYA JAWAB🌸🌸
πŸ™‹ Tyas - Banten
Bagaimana jika kegiatan offline selalu sedikit yg hadir? Terkadang kita sudah berharap akan banyak yang datang.  Sedangkan value komunitas adalah BERBAGI dan MELAYANI bukan MENUNTUT.
➡ BERBAGI dan MELAYANI, bukan menuntut. Termasuk tidak menuntut semua orang sama semangatnya dengan kita, sama minat belajarnya dengan kita, sama tujuannya dengan kita.
Jika kegiatan offline hanya sedikit yang hadir, alhamdulillah, berarti kita ketemu dengan orang-orang seide. Jika banyak yang datang, alhamdulillah, kita punya banyak teman.seide. Jika tak ada yang datang, lanjut saja, saya akan tetap belajar


πŸ™‹Angrum
Suka sekali dengan penyataan "Membangun rahmat bagi semesta alam lewat dunia pendidikan anak dan keluarga" dengan nilai *berbagi* dan *melayani*.

Hasrat untuk berbagi ilmu mengajak saudara dan teman teman untuk mengenal dan bergabung dengan IIP sangatlah kuat, tapi terkendala dengan waktu yg terbatas sementara dalam diri dan keluarga saya sedang 'on process' menemukan misi keluarga, mengamalkan setiap serapan materi Bunda Sayang yang ternyata *tantangan* yang harus diraklukan dengan sekuat tenaga san do'a bagi saya, dikain sisi saya juga harus menyisihkan waktu untuk tetap produktif.
➡ first thing first, mbak☺


πŸ™‹ Widy
Oh ya mba...
1⃣Values Komunitas IIP
Berbagi dan Melayani bukan Menuntut.

Bagaimana ketika kita sudah berbagi&melayani kemudian kita menjadi populer karna kerja kita?
Apakah dianggap mencari popularitas?

2⃣misalkan jika ada kegiatan akbar&berbayar di komunitas, apakah dgn values berbagi dan melayani bukan menuntut, kita tdk diberikan hak2 semisalkan adanya dana akomodasi utk panitia???
Ataukah mmg kita bekerja sukarela utk komunitas?
Mohon arahan nyaπŸ™
➡ 1. berbagi dan melayani adalah value komunitas. Bergabung dengan komunitas apa pun, pasti akan bertemu dengan value ini...
Menjadi populer karena amal kita? apakah itu hal yang baik? apakah menambah kemuliaan kita di mata Allah? Jika ya, terimalah sebagai bonus dari Allah.
Jika tidak, anggap saja sebagai side effect...anggap angin lalu, toh tujuan kita bukan populer.
Apakah dianggap mencari popularitas? Hanya Allah dan hamba-Nya yang tahu niat di dalam hati☺✅

2. apakah kita bekerja sukarela untuk komunitas?
Hmm...klo saya pribadi sih iya....😬
tapi balik lagi kemampuan komunitas, apakah komunitas punya dana yg cukup untuk memberi subsidi akomodasi dan lainnya...


πŸ™‹ Ratih - Sangatta
Saya sangat kesusahan merubah mindset keluarga besar suami biar bisa menjadi komunitas dengan burung berbulu sama. Padahal mau g mau saya juga harus menginap disana dan dampaknya tidak selalu positif. Sekiranya apa yang bisa saya lakukan? mengingat saya juga sering meminjamkan buku dan berdiskusi cuma mungkin mereka belum terlalu antusias. Terimakasih
➡berbagi dan melayani, bhkan menuntut. Kita ngga mungkin menuntut orang lain sama dengan kita. Kita hanya bisa menunjukkan apa yang sudah kita lakukan. Karenanya, lakukan saja...biar semua bisa lihat hasil dari yang kita lakukan...πŸ™πŸ»✅


πŸ™‹ Dwipu Bontang.
Mb, burung berbulu akan menemukan sesama burung berbulu. Bagaimana caranya memancing agar bisa menemukan nya mb? Ini berkaitan dengan blm adanya komunitas yg sya anggap sesuai di hati. Apa itu sign bahwa harus sya yang memulai membuatnya mb?
➡ apa itu sign harus mbak Dwi yang buat? YapπŸ‘πŸ»
Curhat dikit, ya...
Ketika di Bogor belum ada IIP sementara saya ingin belajar jadi ibu profesional, maka inilah yang saya lakukan: saya ambil kesempatan untuk membuatnya di Bogor. Daaaannn ternyata....banyak yang pengen ada IIP di Bogor, banyak yang udah kenal IIP tapi terkendala jarak. Jadi...kalo ngga ada yg mulai, gimana bisa terwujud?
Just do it, mbak Dwi, ayo mulai!☺✅


πŸ™‹ Setiorini - Balikpapan

Alhamdulillah sy merasa IIP adalah komunitas yg pas dan cocok untuk saya. Banyak ide2 yg ingin saya jalankan untuk mengoptimalkan komunitas ini.
*Apakah boleh mba, kita menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah atau perusahaan2 untuk  memperlancar kegiatan2 yg sifatnya lebih meluas utk perempuan/ ibu2 diluar komunitas kita. Dalam rangka menebar manfaat
Terima kasih..πŸ™πŸ˜Š*
➡tentu boleh...selama sesuai dengan value IIP. IIP Jepara sudah bekerjasama dengan perpusda Jepara dalam bisan pendidikan dan pemberdayaan perempuan, IIP Bogor juga bekerjasama dengan Paguyuban Komunitas Bogor dalam gerakan Don't Rape Child. Ini hanya contoh yang sudah berjalan. Ada banyak potensi lain yang bisa kita ajak kerjasama untuk menebarkan manfaat☺✅


πŸ™‹Vina
Oya mba nesri...membuat komunitas apakah bs dimulai dr lingkungan terdekat seperti rt? Saya sepertinya baru bisa memberi warna di lingkup rt...😊
➡ tentu boleh. malah yg pertama harusnya adalah keluarga sendiri..☺✅


πŸ™‹ Dewi -  IIP Lampung
Jadi, dalam berkomunitas ini harus motivasi diri sendiri dulu yg diperkuat ya mbak nes? Agar ga mudah baper dan bisa terus maju ketika menghadapi kesulitan2 dalam menghidupkan komunitas di kota kita.
➡iya...leader ga boleh baper, kalo leader baper, gimana member?😬😁✅


πŸ™‹ Devy
Setelah bergabung bersama Institut Ibu Profesional .. barulah di kepala saya ada tergambar "Baiti Jannati" seperti apa ...😘😘 ... Butuh proses panjang untuk menuju hal tersebut .. Mengingat *rumah adalah miniatur peradaban* maka saya harus benar2 memperbaiki diri saya , ber-komprod dg suami dan meningkatkan kualitas anak2 ...  ketika saya bercerita tentang *IIP* kepada orang lain , slalu yg mereka jadikan patokan adalah keadaan keluarga saya ( yg tentu saja masih dalam proses memperbaikinya diri ) ...   Pertanyaan nya adalah :  *Bagaimana menyemangati diri sendiri* ketika banyak nya "cibiran" yg timbul dari sekitar kita yg justru orang2 terdekat kita sehari2 ...
➡"orang terdekat kita"? Siapa bun? Kalau saya memaknai "Orang terdekat" adalah suami dan anak. Kalo suami, di IIP ridho suami ada di urutan pertama dalam setiap kegiatan. Kalo suami ngga ridho, drop it. Saya teringat salah satu cerita Bu Septi. Ketika itu ada kuliah offline rutin di Salatiga, Bu Septi langsung fasilitatornya. Ada seorang ibu yang datang setengah menangis, curhat kalo suaminya ngga mengizinkan dia datang ke kuliah offline hari itu karena baru saja pulang dari luar kota. Saat itu juga Bu Septi meminta sang ibu pulang. Keridhoan suami menentukan keberkahan ilmu kita, begitu alasannya.
Kalo anak-anak yang ngga ridho, ini lampu merah. Jadi berhenti dan fokus ke anak-anak. Karena anak-anak adalah amanah yang nanti akan ditanyakan Allah di hari perhitungan.
Kalau selain suami dan anak, maka beri senyum saja...pakai lagi prinsip yang di atas:
Ini prinsip yang dipakai IIP dalam berbagi dan.melayani:

Pakailah prinsip sebagai berikut :

Andaikata ada 1000 ibu yang mau memperjuangkan peradaban melalui pendidikan anak dan keluarga maka salah satunya adalah SAYA

Andaikata ada 100 ibu yang mau memperjuangkan peradaban melalui pendidikan anak dan keluarga maka salah satunya, pasti SAYA

Andaikata hanya ada 1 ibu saja yang mau memperjuangkan peradaban melalui pendidikan anak dan keluarga maka, ITULAH SAYA


πŸ™‹ Chamelia-Kudus
Mohon penjelasan tentang kalimat : "membangun peradaban di komunitas bisa seiring dengan membangun peradaban pada diri dan membangun peradaban di keluarga" Bagaimana andaikata ada kekhawatiran ketika melalaikan tugas di rumah saat mengembangkan komunitas?
➡kekhawatiran?  Berarti ini belum menjadi sesuatu yang pasti bukan?
Apakah kekhawatiran ini bisa diatasi? Apakah kekhawatiran ini bisa dihilangkan dengan persiapan?
Jika bisa, maka mari persiapkan diri agar tak khawatir lagi.
Jika tak bisa, maka kekhawatiran hanya membuang-buang energi. Kita butuh banyak energi untuk berbagi dan melayani. Menghabiskan energi.untuk kekhawatiran yang tak bisa diatasi sama saja dengan menggarami Samudera Atlantik.πŸ˜‰✅

Terima kasih πŸ™

➡Tanggapan bu Vina :
Menurut saya...pentingnya membangun komunitas itu perlu penguatan internal diri terlebih dahulu mba, idealnya dari unit terkecil keluarga yang bagus maka akan menarik orang disekelilingnya.. istilahnya role model begitu.. sinergikan dengan anggota keluarga agar bs tetap menjalankan misi membangun komunitas tanpa meninggalkan kewajiban sebenarnya di rumah. Wallahu A'lam nanti mba nesri yang akan menjelaskan lebih detail.


πŸ™‹Nunik, Madiun

1. "Membangun peradaban di komunitas bisa dilakukan seiring dengan membangun peradaban pada diri kita sendiri, dan membangun peradaban di keluarga."

*Bagaimana langkahnya supaya ketiganya bisa seiring bun?*

Kondisinya saya masih sering lupa misi saya pribadi jika tidak menengok kembali catatan NHW tentang misi pribadi.
Untuk membangun komunikasi produktif sebagai dasar menemukan misi keluarga juga kadang kala masih terkendala. Karena kesepakatan yang sudah dibuat dilanggar & mencetuskan emosi negatif dari saya. Akhirnya buyarlah komunikasi produktifnya, forum keluarga belum membahas sampai ke misi keluarga. Masih mengatasi masalah kesepakatan yang itu-itu saja..

➡mulai dari diri sendiri. Ini tahapan pertama.
_Sulit bikin forum keluarga?_ Alhamdulillah, dapat challenge untuk belajar bikin forum keluarga. Kalo mbak Nunik berhasil, maka akan sangat mudah menularkannya pada yang lain.
_Gimana caranya biar bisa beriringan?_
Saya jadi ingat cerita Mz Yuli, koordinator IIP Padang. Beliau membuat kelas belajar sesuai dengan apa yang ingin beliau pelajari. Pingin belajar toilet training, bikin workshopnya, undang narsum, lalu belajar.
Di IIP Bogor, kami berencana membuat seminar tentang pembuatan portofolio anak. Alasannya sederhana, karena banyak member yang pingin tahu tentang cara membangun portofolio anak.
Jadi membangun peradaban di rumah dapat berjalan beriringan dengan membangun peradaban bersama komunitas.
_Sering lupa misi sendiri?_
Hmmm...misi Itu seperti tertanam dalam diri. Kalo masih luoa, mungkin perlu merenung dan niteni lagi, "benarkah ini misi hidup saya?"

2. "Values komunitas: berbagi & melayani bukan menuntut

a. Mulai dari diri kita
b. Berbagi apa yang kita miliki
c. Satu alasan yang kuat karena anda ingin melayani komunitas, bukan untuk mencari popularitas, atau bahkan untuk memenuhi kepentingan diri sendiri."

Bagaimana jika posisi saya saat ini masih menginginkan popularitas, ingin lebih ahli & eksis daripada teman lainnya bun?
Dan awal saya tertarik bergabung di komunitas IIP adalah untuk memenuhi kepentingan diri sendiri, yaitu memperoleh ilmu pendidikan anak yang applicable..

*Apakah salah bunda?* Karena menurut teori hierarki kebutuhan manusia oleh Maslow: kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus terpenuhi atau paling tidak tercukupi terlebih dahulu, sebelum kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi.
Saya pun masih setuju dengan teori ini bun. Setelah kebutuhan diri sendiri (ilmu pendidikan anak) dan penghargaan (pengakuan, ketenaran/popularitas, reputasi) terpenuhi, maka muncul motivasi saya selanjutnya yaitu untuk berbagi & melayani komunitas.
➡ _apakah salah kalo saya ingin dapat penghargaan?_
ngga....
_apakah salah kalo bergabung untuk dapat ilmu yang bisa dipakai sendiri?_
ngga

Memang hanya orang-orang yang sudah "selesai dengan dirinya-lah yang mampu serius berbagi". Apakah mbak Nunik sudah selesai dengan diri sendiri?

πŸ™‹Evin
Berkaitan dengan misi keluarga terutama dsni yang berperan ayah dan ibu, nah. .Dua orang yang berbeda ini pasti isi kepala dan misi sebagai individunya jg berbeda masing-masing bagaimana cara menyatukannya sehingga nantinya bisa membangun peradaban khususnya dari dalam rumah untuk anak-anak kita, kemudian jika dalam prosesnya antara ayah dan ibu ada ketidakcocokan langkah apa yang perlu di lakukan  trims
➡ngobrol. Ayah dan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar