Minggu, 12 Maret 2017

Kulwap : Melatih Kemandirian Anak dengan Menyenangkan

πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚
Resume Kuliah Whatsapp (Kulwap)
πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚


πŸ—“ Hari/Tanggal : Jum'at/10 Maret 2017
⏱ Waktu : Pukul 13.00

πŸ“œ Materi : "Melatih Kemandirian Anak Dengan
Cara Menyenangkan".

πŸŽ™Pembicara : Julia Sarah Rangkuti.

🎀 Mc : Siti Mutoharoh
🎧 Moderator : Asti Susanti
πŸ“ Notulis : Nur Azizah


🍁🍁Materi Kulwap🍁🍁

*Melatih Kemandirian Anak dengan Cara Menyenangkan*
Oleh Julia Sarah Rangkuti

Hai..Bunda2 profesional..tentu kita semua senang jika kanak-kanak kita mampu mandiri, bukan? Lalu, apakah kemandirian itu?

Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak, karena selain dapat mempengaruhi kinerjanya, juga berfungsi untuk membantu mencapai tujuan hidupnya, prestasi, kesuksesan serta memperoleh penghargaan. Tanpa didukung oleh sifat mandiri, maka individu akan sulit untuk mencapai sesuatu secara maksimal, dan akan sulit pula baginya untuk meraih kesuksesan (Asrori, 2008: 130). Hurlock mengatakan bahwa kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari sendiri atau dengan sedikit bimbingan, sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya (Hurlock 1991).

Semakin dini usia anak untuk berlatih mandiri dalam melakukan tugas-tugas perkembangannya, diharapkan nilai-nilai serta keterampilan mandiri akan lebih mudah dikuasai dan dapat tertanam kuat dalam diri anak. Kemandirian dapat berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan melalui latihan yang dilakukan secara terus-menerus dan dilakukan sejak dini. Latihan tersebut berupa pemberian tugas tanpa bantuan dari orang lain. Kesempatan untuk belajar mandiri dapat diberikan orang tua atau lingkungan dengan memberikan kebebasan dan kepercayaan pada anak dalam melakukan tugas-tugas perkembangannya. Peran orang tua atau lingkungan dalam mengawasi, membimbing, mengarahkan dan memberi contoh teladan tetap sangat diperlukan, agar anak tetap berada dalam kondisi atau situasi yang tidak membahayakan keselamatannya.

Bentuk kemandirian pada anak usia dini lebih berkaitan dengan hal yang bersifat fisik dan psikis. Kegiatan ini merupakan kebutuhan anak sehari-hari yang bersifat pribadi sehingga anak akan mampu melakukannya sendiri. Bagi anak usia dini, latihan kemandirian ini bisa dilakukan dengan cara melibatkan anak dalam kegiatan praktis sehari-hari di rumah, sebagai contoh melatih anak mengambil air minumnya sendiri, melatih anak untuk mencopot dan memakai sepatunya sendiri, melatih anak buang air kecil sendiri, melatih anak menyuap makanannya sendiri, melatih anak untuk naik dan turun tangga sendiri, dan sebagainya. Pada anak-anak yang lebih besar bisa diingkatkan pula bentuk kemandirian anak untuk menentukan pilihannya, mengambil keputusan sendiri, serta bertanggung jawab atas pilihannya juga perlu dikembangkan. Anak perlu mendapat kesempatan untuk belajar menimbang dan menentukan pilihannya. Anak akan terbiasa mengambil keputusan tanpa tergantung orang lain. Contoh memilih baju atau buku. Anak-anak yang mandiri dan bertanggung jawab akan mudah menyesuaikan diri di lingkungannya sehingga mudah diterima teman-teman disekitarnya.

Ada beberapa faktor yang mampu mempengaruhi kemandirian seorang anak, yaitu konsep diri anak, pola asuh orangtua, hubungan orangtua dengan anak, serta faktor pembiasaan. Jika konsep diri anak terhadap dirinya baik maka kemandiriannya akan tumbuh dengan baik. Sedangkan pola asuh orangtua, baik orangtua yang otoriter, demokratis, maupun acuh tak acuh semua berperan penting dalam kemandirian anak. Hubungan orangtua yang terlalu memanjakan anak dapat membuat proses kemandirian anak terhambat. Sedangkan faktor pembiasaan adalah salah satu hal penting yang perlu dilakukan berulang-ulang hingga anak mampu melakukannya sendiri.

Bunda-bunda profesional, peran orang tua sangat diperlukan dalam upaya pengembangan kemandirian anak. Diantaranya adalah pengembangan kemandirian melalui kegiatan yang menyenangkan, melalui ragam aktivitas bermain sambil belajar, salah satunya ialah ragam kegiatan bermain dan belajar dengan aktivitas _practical life_. _Practical life_ merupakan suatu kegiatan kehidupan sehari secara langsung dalam proses pembelajaran pembekalan keterampilan hidup (life skill).

Tujuan pengembangan _Practical Life_ bagi anak adalah untuk :
1. Menyadari atau mengenal perilaku yang dikehendaki dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mentolerir adanya ragam perilaku yang mencerminkan adanya keragaman nilai.
3. Menerima perilaku yang dikehendaki dan menolak perilaku yang tidak dikehendaki, baik oleh diri sendiri maupun orang lain.
4. Memilih perilaku yang mencerminkan nilai-nilai yang dikehendaki, misalnya disiplin, mandiri, sopan, ramah, hormat, dan menghargai orang lain.
5. Menginternalisasi nilai-nilai yang baik sebagai bagian dari kepribadian yang menuntun perilaku sehari-hari. (Depdiknas, 2007: 3)

Aktivitas _practical life_ yang dapat dilakukan si kecil di rumah dengan pengawasan orang tua antara lain: makan sendiri, menuang minum sendiri, minum dari gelas sendiri, mencuci muka sendiri, menggosok gigi, memasang tali sepatu, membuka tutup wadah, mengoles selai ke atas roti, dll.

Bunda, seringkali kita merasa bertambah repot jika si kecil turut membantu pekerjaan mereka di rumah. Tak sedikit pula kita melarang si kecil untuk melakukan aktivitas tersebut. Maka, jangan salahkan si kecil, jika saat besar nanti ia tak mau membantu kita melakukan ragam aktivitas di rumah, seperti menyapu, mengepel, mencuci piring, dan sebagainya. Melarang anak seringkali justru mematikan rasa ingin tahu anak. Orangtua juga dapat menghambat proses kemandirian anak. Saat anak diberikan kesempatan untuk mencoba, maka orangtua menumbuhkan ruang untuk percaya pada anak. Anak merasa dipercaya, dihargai, dan belajar bertanggung jawab. Oleh sebab itu, mari kita perbesar ruang kepercayaan kita untuk memberi kesempatan pada si kecil mengembangkan kemandiriannya. Tetap semangat, Bunda2 😊


Blora, 9 Maret 2017

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

πŸ’œResume Tanya JawabπŸ’œ

1⃣ Wedaraningtyas _ Serang

Bagaimana sikap kita kalau si anak tiba2 merasa aleman ya? padahal mah udah bisa pake baju sendiri tapi terkadang si bocah nego aja gitu,  misal pake celana minta dipegangin dia tinggal masukin kaki "bunda yang pegangin ya , nanti aku yg pake" atau waktu ambil air minum "bunda aja yg ambil,  nanti aku yang kembaliin ke tempatnya"
Bundanya merasa terjajah πŸ˜ͺ
Jawab :
Halo Mba Wedaraningtyas..usia anaknya berapa tahun ya?
Ada beberapa hal yang menyebabkan anak2 bersikap demikian. Pertama mencari perhatian dan kedua melihat konsistensi orangtua. Regresi (penurunan) sikap pd anak bisa juga terjadi pd kondisi2 tertentu seperti punya adik baru, anak sakit/baru pulih, mau sekolah, dll yang membutuhkan adaptasi bagi anak. Coba dicek lg kondisi anak saat bersikap demikian ya Mba. Apakah memang sedang benar2 membutuhkan perhatian atau hanya sekadar cari perhatian. Jika sdg *membutuhkan* boleh dibantu sekadarnya sambil terus memotivasi anak. Jika hanya cari perhatian Bunda bisa tetap bersikap tegas, karena anak akan melihat konsistensi kita dalam menerapkan sesuatu. Tetap semangat πŸ’ͺ🏼✅

2⃣. Yuni-Banten

1. Seringkali, saya memang merasa bertambah repot saat anak ikut membantu. Karena saya kalau lagi kerja mau suasana yang privat, tidak boleh ada orang lain di dekat saya. Ribet. Padahal ini nggak baik yah? Gimana itu ya mengubahnya?

2. Anak saya yang kedua (5 tahun) tingkat kemanjaannya tinggi. Makan dan minum minta diambilkan, ke kamar mandi minta ditemani. Di kamar pun maunya ditemani terus. Padahal sudah dibiasakan untuk melakukan apa-apa sendiri. Gimana ini yah?

Jawab :
1. Halo Mba Yuni..
Jika kita ingin privasi saat melakukan pekerjaan rumah tangga (memasak, mencuci, dll), bisa tetap dilakukan saat anak2 masih terlelap. Sehingga, ketika anak2 sudah bangun kita bisa membersamai mereka. No problem Mba, anak2 masih bisa dilatih skill kemandirian dlm hal2 lain, misal: makan sendiri, merapikan mainan, ambil minum sendiri, pakai celana sendiri, dll. Seiring bertambah usianya (usia sekolah) maka bisa kita libatkan dlm aktivitas rumah tangga yang ringan2 (menyapu, membersihkan jendela, mengelap piring basah, dll). Yang tidak boleh dan tidak baik adalah jika kita memberi respons negatif saat anak2 berusaha membantu melakukan pekerjaan rumah tangga.

2. Perbaikan dan konsisten pada pola asuh. Belajar untuk tegas (bukan galak ya) pada tiap hal yang telah ditetapkan di rumah. Ajak anak berdialog dan tumbuhkan rasa kepercayaan dirinya bahwa ia sudah bisa melakukan hal tsb. Semangat ✊🏼✅

3⃣ Asti_Rangkasbitung

Untuk menyekolahkan anak atau mengajarkan calistung tidak berlaku makin cepat makin bagus. Apakah pernyataan ini berlaku pula untuk melatih kemandirian?

Misalnya melatih mandi untuk anak saya yang berusia 3,4tahun. Ketika pakai sabun tidak merata ke seluruh tubuhnya karena tangannya belum sempurna menjangkaunya, kemudian bagian tubuh yang lain jg tidak digosok dengan sempurna. Padahal anak seusia itu senang main tanah dan kotor-kotoran. Saya jadi khawatir mandinya tidak bersih berakibat pada penyakit kulit, cacingan,dll.

Jawab :
Hai Mba Asti..
Kemandirian anak tentunya berkaitan erat dengan usia dan aspek perkembangan anak yang lainnya, seperti motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosi. Sehingga dalam hal ini juga tak berlaku "lebih cepat lebih baik". Misalnya, kita belum bisa meminta anak usia 8 bulan untuk pee di kamar mandi, krn ia belum bisa berjalan (berkaitan dgn perkembangan motorik kasar), kita belum bisa meminta anak 1 tahun utk mengancingkan baju sendiri (karena motorik halusnya belum memungkinkan utk melakukan hal tsb), dsb. Dengan demikian, ada baiknya jika dalam melatih kemandirian anak kita tetap melihat *milestone* perkembangan anak, mempertimbangkan usia dan kemampuannya. Anak 3y belum sampai tangannya utk menggosok punggung, sehingga boleh dibantu seperlunya 😊✅

4⃣. Vina-Serang

1. Saya mau bertanya..mba julia bisakah share mengenai games2 apa saja yang bisa dikaitkan untuk melatih kemandirian anak

2. Idealnya berapa lama waktu yang dibutuhkan melatih satu skill kemandirian bagi setiap anak

3. Bagaimana agar kemandirian anak bisa konsisten dilakukan meski sedang berada di luar rumah, misal berkunjung ke rumah nenek.

4. Apakah diperbolehkan menjanjikan hadiah kepada anak saat sedang dilatih kemandiriannya.

Jawab :
Haloo Mba Vina..
1. Saya lampirkan dlm bentuk foto2 ya Mba..
 Belajar menjahit

 Menggosok gigi

 Menjepit,menjemur pakaian,dan mencocokkan kaos kaki

 Menuangkan air

 Menggunakan sendok dan sumpit

Mengupas kulit telur

2. Setahu saya sampai saat ini tidak ada patokan waktu ideal berapa lama yang dibutuhkan melatih satu buah _skill_. Hal ini disebabkan tiap anak unik dan berbeda2. Aspek perkembangan anak serta stimulasi pun berperan penting. Misalnya, ada anak 3y yg sudah bisa memegang pensil dengan sempurna, namun ada juga yg belum. Hal ini bisa disebabkan dr banyak faktor: paparan anak thdp alat tulis, stimulasi motorik halus anak, juga usia anak. Dengan demikian, tiap anak biasanya membutuhkan waktu yg berbeda2.

3. Dengan tetap memberlakukan hal tsb meski sedang di rumah neneknya. Biasanya kalau sama Nenek-Kakek segala2 dibolehkan ya Mba πŸ˜… Nah..inilah pentingnya peran komunikasi. Komunikasikanlah visi-misi pendidikan kita pd Nenek-Kakek dengan baik tanpa mengurangi rasa hormat kita pd Beliau. Misal, jika di rumah anak2 biasa makan sendiri namun saat di rumah neneknya disuapi, maka titipkan pesan pd nenek-kakek agar anak tetap bisa makan sendiri. "Bu..Kakak sudah bisa makan sendiri lho, sudah besar sekarang jd ga perlu disuapi lagi." Kuncinya: *komunikasi* 😊
4. Hadiah atau _reward_ terkadang bagaikan pisau bermata dua utk anak2 kita 😣 sehingga kita harus berhati2 dalam menerapkan pemberian _reward_ ini. Pemberian _reward_ memang bisa menjadi salah satu sarana utk membentuk perilaku anak. Namun, pemberian _reward_ dapat menjadi berbahaya jk tidak dibarengi dengan diskusi/pemberian pemahaman mengenai perilaku yg diharapkan sehingga perilaku anak hanya akan membentuk kepatuhan sementara. Sehingga jk suatu hari _reward_ ditiadakan perilaku yg diharapkan tsb menjadi tidak muncul. Hal2 berikut ini perlu dipertimbangkan dlm pemilihan _reward_ yg efektif utk anakl:
-sesuaikan jenis _reward_ dengan usia anak
-berikan dr hal kecil dan sederhana
-berikan dr intensitas yg paling rendah
Semoga membantu ya Bun.✅

5⃣Dewi _ Serang

1. Mba Julia jika saya menunda keinginan anak untuk berkreasi hari itu, apakah termasuk mematikan daya kreativitas nya?
2. Langkah2 apa saja supaya anak2 menjadi kreatif

Jawab :
Halo Mba Dewi..
1. Biasanya kalau kita punya suatu ide lalu tidak segera kita laksanakan maka bisa jd ide itu hilang/menguap. Begitu anak-anak kita, ketika ia ingin melakukan suatu kreativitas namun kita larang2 maka bisa hilang/lupa jika tidak segera disalurkan πŸ˜†

2. Dampingi tumbuh kembang anak kita, stimulasi dengan beragam aktivitas positif, lihatlah hal-hal yang mampu membuat mata mereka berbinar-binar dan pancing dengan berbagai pertanyaan yang mampu memantik pikiran mereka agar lebih kreatif. Semangat mencoba ya Bun πŸ˜ƒ✅

6⃣. Tati_ Serang

1. apakah kemandirian fisik berhubungan dengan kemandirian sikap. maksudnya anak yg mandiri memenuhi kebutuhannya sehari2 akan mandiri jg dlm menentukan pilihan atau mengambil keputusan?

2. bagaimana memandirikan anak yg menolak untuk mandiri? dlm hal ini si anak sdh besar

3. bagaimana menyikapi anak yg protes si ayah selalu minta dilayani sehingga si anak pun ingin diperlakukan yg sama?

Jawab :
 Hai Mba Tati..
1. Saling berkaitan sih Mba, namun tetap perlu dikembangkan keduanya. Aspek fisik lebih berhubungan dgn kematangan motorik anak sedangkan aspek sikap lebih pada kematangan sosial-emosi.

2. Konsistensi pada kesepakatan yg telah dibuat anak, tumbuhkan rasa percaya diri dan _self esteem_ anak, yakinkan bahwa ia sudah besar dan bisa melakukannya sendiri, dan tegas serta tega-lah utk tidak selalu melayani anak. Semangat ✊🏼

3. Hehehe..utk anak balita memang masih agak sulit menjelaskan hak-kewajiban pasutri ya, Mba. So, dalam hal ini memang kita juga perlu komunikasikan pd suami bahwa anak-anak (terutama anak usia dini) masih dalam fase meniru orang2 di lingkungannya. Saat ia melihat Ayahnya yg selalu dilayani maka ia pun ingin diperlakukan hal yg sama. Coba dikomunikasikan pd pasangan utk juga bisa melakukan hal2 kecil sendiri, misal: mengambil minum, membuang sampah, dll (tanpa melalaikan kewajiban kita sbg istri) terutama jika sedang dilihat si kecil. Bisa juga Bunda libatkan si kecil utk membantu Ayahnya, misal: "Kakak..Ayah baru pulang kerja nih, Ayah haus, boleh minta tolong ambilkan minum utk Ayah?". Intinya *komunikasikan* ke anak jg ke suami biar semua sama2 enak 😊✅

7⃣. Bunda Lala_ Serang

Aslmkm.
Bagaimana menjelaskan kepada anak pertama kita tentang kemandirian dan kondisi yang akan berbeda menjelang kehadiran adik pertama. Mau tidak mau ada banyak hal yang berubah misalnya dari segi perhatian,tanggung jawab dsb. Saya ingin anak pertama saya bertambah kebahagiaannya dengan kehadiran adik untuknya.
Jzklh.

Jawab :
Wa'alaikumsalam wr wb Bunda Lala

Banyak hal memang yg harus kita persiapkan dalam rangka 'menyambut adik baru'. Hal yang perlu dilakukan pertama-tama adalah membuat suasana bahwa kehadiran si kecil adalah sebuah kebahagiaan utk semua sehingga dapat meminimalisasi kecemburuan si Kakak. Misal dgn melibatkan Kakak saat berbelanja baju2 bayi, mengajak Kakak melihat adik bayi saat sdg USG, mengajak kakak menyentuh adik bayi di perut Bunda dan mengobrol bersama, membacakan buku ttg adik bayi, dll. Seiring dgn pemahaman tsb maka pelan2 Bunda bisa sampaikan harapan2 saat nanti adik sudah lahir. Sampaikan juga bahwa adik bayi masih membutuhkan banyak pertolongan, bantuan, dan sering menyusu sehingga Bunda akan sering bersama adik bayi di bulan2 pertama adik bayi lahir. Sampaikan pd Kakak bahwa saat Bunda "sibuk" dgn adik bayi maka Kakak bisa bantu Bunda dgn bermain sendiri dulu sebentar. Saat adik audah lahir Bubda bisa libatkan Kakak, ajak Kakak utk membantu mengambilkan popok, sabun mandi, dll saat mengurus adiknya. Beri pujian, pelukan, dan ucapan terima kasih atas perilakunya. Serta, bisa jg berikan hadiah utk si Kakak saat si adik lahir, baik dr orangtua maupun tamu2 yg datang berkunjung. Hadiah bahwa ia kini telah menjadi kakak, meski hanya sebatang coklat atau sebutir permen. Dengan demikian, Kakak tidak akan merasa cemburu krna hanya adik yg mendapat hadiah dan perhatian. Semoga membantu ya Bun.✅

8⃣ Devy - Serang.        

Assalamualaikum... Ketika saya bekerja di ranah publik ... Beberapa games untuk anak saya yg usia 2,6 th saya delegasikan kepada pengasuh yg di rumah ... Ngga susah2 koq jenis nya .. banyak yg nyontek dari Ig nya mba Julia ✌πŸ˜…... Awal2 lancar tapi beberapa hari terakhir koq sepertinya si ART mulai males2 an dan sepertinya anak saya banyak diajak nonton TV . bagaimana cara saya "menebus" waktu bermain kreatif nya yg ngga di lakukan oleh ART di pagi - siang hari ? πŸ™πŸ˜Š

Jawab :
Wa'alaikumsalam wr wb Mba Devy..
Terima kasih sdh berkunjung ke IG saya πŸ˜… Memang penting sekali ya Mba menyamakan visi-misi pendidikan anak kita kepada orang2 terdekat yg membantu kita mengasuh si kecil. Bisa jd ART Mba mulai malas2an krna memang belum "klik" dan belum mengerti dgn tujuan jangka panjang dr apa yg ia kerjakan. Sehingga, supervisi dan motivasi dr Mba tentu saja perlu terus-menerus dinyalakan. Sesekali boleh juga ARTnya diikutsertakan seminar/workshop ttg anak usia dini 😊

Pada ibu bekerja hal yg perlu dilakukan agar tetap maksimal membersamai anak ialah _quality time_ saat di rumah. "Buanglah" semua pikiran ttg pekerjaan sebelum Bunda masuk ke dalam rumah. Lihat2 foto si kecil selama diperjalanan juga bisa membantu. Sehingga saat sudah di rumah Bunda bisa fokus pd anak2. Jauhkan hp, gadget, dan hal2 lain yg sekiranya memgurangi kualitas kebersamaan Bunda dgn si kecil. _Quality time_ tidak harus dgn ber-DIY, namun mengajak ngobrol, menanyakan kesehariannya, membacakan buku, menemani sikat gigi, dll juga termasuk _quality time_ jika dilakukan tanpa disambi dgn pekerjaan lain. Sebab, permainan hanyalah _tools_, yang paling penting adalah kehadiran kita sepenuh jiwa-raga saat beraama mereka. Tetap semangat Mba πŸ’ͺ🏼✅

9⃣. Rizqie_ Serang

Usia brp anak sudah harus tertib mandiri bisa bangun subuh sendiri?

Jawab :

Halo Bunda Rizqie..
Bisa dilatih setidaknya saat usia anak memasuki fase tamyiz (mumayyiz), yaitu saat anak mulai mampu membedakan yg benar dan yg salah. Sehingga saat fase taklif nanti (fase saat anak terbebani segala syariat Islam, dikenal juga dgn istilah baligh) anak sudah mampu sholat tanpa disuruh2 lagi oleh orangtua. ✅

1⃣0⃣. Azizah _ banten

Assalamu'alaikum....
Salam kenal bu Julia Sarah Rangkuti. Saya Azizah ibu profesional dg anak baru 1 😊. Sy mau tanya, usia berapa sebaiknya anak diajarkan istinja, khususnya sehabis BAB? Anak sy laki2 usia 4 tahun, untuk BAK dia sudah sdh bisa sendiri, tp untuk BAB sepertinya dia masih jijik belum mau sepenuhnya melakukan sendiri, sekalinya dia mau mencoba sendiri sayanya yg nggak percaya khawatir nggak bersih saya ulangi lagi. Salahkah sikap saya sprti itu?

Terima kasih atas jawabannya 😊

Jawab :
Wa'alaikumsalam wr wb Bunda Azizah..salam kenal kembali.

Ketika tangan anak sudah mampu membasuh aurat belakangnya maka ada baiknya jika kita mulai membiasakan anak istinja sendiri. Pertama2 boleh sekali kita bantu menyiramkan airnya lalu anak yg membasuhnya. Boleh kita 'periksa' kembali kebersihannya. Jika memang kurang bersih beri tahu anak bagian mana yg perlu kembali dibersihkan agar bisa istinja dgn lebih sempurna. Seiring waktu dan seiring dengan perkembangan motoriknya maka insyaAllah akan lebih baik hasilnya.

Boleh2 saja Bunda mengulangi istinja kembali asalkan tidak "menjatuhkan rasa percaya diri anak". Pilih kalimat2 menyenangkan utk anak agar ia tidak merasa "tuhh kan aku ga bisa". Semoga membantu ya, Bun ❤✅

1⃣1⃣. Fitroh_ Jambi (Asal menes)

Assalamu'alaikum.
Saya ingin bertanya,
1. Anak saya sudah bisa makan sendiri tapi ada saatnya makanan habis dimakan sendiri, ada saatnya bersisa dan minta disuapi. Apakah dengan masih di bantu disuapi akan berpengaruh dengan kemandiriannya ketika dewasa nanti?
Niat saya sedikit membantu menyuapi karena mengejar kebutuhan nutrisinya.

2. Berhubungan dengan toilet training, saya masih maju mundur dalam hal ini. Bisa setengah hari berhasil tanpa memakai clodi ataupun diapers, besoknya gagal karena seharian memakai clodi. Sering saya sounding dan meminta anak untuk memakai celana dalam saja tanpa clodi, setiap satu jam selalu di tanya mau pipis atau ga dan jawabnya engga, tapi ternyata anak saya menahan pipis dari pagi sampai siang, lalu mengeluh sakit daerah kandung kemihnya, menangis meminta diapers, ketika saya pakaikan diapers baru mau pipis. Ini ga terjadi sekali dua kali, selalu menangis meminta dipakaikan diapers. Sampai hari ini saya masih terus sounding anak saya dan tetap melakukan memakai diapers dari siang sampai malam. Apa yang harus saya lakukan agar anak benar-benar tidak trauma dan benar-benar bisa lulus toilet trainingnya?

πŸ‘†πŸΌusia anaknya berapa tahun ya Mba?
Bulan ini masuk 3 tahun Bunda

Jawab :
Wa'alaikumsalam wr wb Mba Fitroh..
1. Kemandirian anak dilihat dr berbagai faktor dan bbg hal sehingga tidak bisa dikaitkan dgn hanya 1 kasus saja ya, Bun. Usia anak dan aspek perkembangannya juga sangat   berpengaruh thdp kemandirian anak. Usia berapakah anak masih disuapi? Jika masih usia 1y tentunya masih wajar, namun jika sudah usia 3y ke atas ada baiknya jika tidak dibantu lagi. Pastikan bahwa dlm aktivitas makan anak juga belajar membaca "bahasa tubuhnya". Saat anak lapar maka ia akan makan, dan akan menyudahi aktivitas makannya saat ia sudah kenyang. Kondisikan suasana yg menyenangkan saat anak makan dengan tetap memperhatikan adab makan. Semoga membantu ya Bun.

2. TT memang berkaitan erat dengan kesiapan ibu dan anak. Menjelang usia 3y pada umumnya anak sudah mampu diajak berdialog dan mengkomunikasikan keinginannya. Sampaikan pd anak efek negatif dr menahan pipis terlalu lama, bisa diibaratkan dgn memegang batu. Ajak anak mengenggam batu selama 5 menit, lalu tanyakan bagaimana rasanya? Pegal? Berat? Begitu pun dgn kantung kemih kita yg akan 'pegal' dan 'berat' jk menahan pipis terlalu lama.

Jika anak ditanya mau pipis/ngga selalu menjawab ngga, maka coba langsung saja Bunda ajak ke kamar mandi, kondisikan seperti ingin pipis. Anak bisa jd menolak ke kamar mandi karena memiliki pengalaman yg tidak menyenangkan. Coba gali akar masalah yg menyebabkan anak traumatik dgn kegiatan TT ini, Bun. Apakah anak takut ke wc? Tidak suka jongkok? Dll. Setelah ketemu akar masalahnya, maka pelan2 bisa kita cari jalan keluarnya. Misal, jk anak tidak suka suasana di wc maka Bunda bisa hias kamar mandi dgn stiker2 mainan yg disukai anak. Jika anak trauma jongkok bisa dicoba pakai potty terlebih dahulu, dll.

Kegiatan TT ini akan berhasil jika kita konsisten. Konsistenlah utk tetap melepas diapers saat siang hari. Biarkan anak merasa tak nyaman jika pipis di celana. Libatkan anak saat membersihkan/mengepel ompolnya. Perlahan2 setelah lulus TT siang hari maka bisa dilanjut utk lulus TT malam hari. Semangat Bun. Yg paling penting adalah: libatkan Allah swt dalam proses penting ini ✊🏼✅

 1⃣2⃣. Lusi Mulyantini _ Pandeglang

Assalamualaikum... izin bertanya, untuk anak usia 3 tahun 8 bulan bolehkah memberikan punishment saat kemandirian sudah jadi habit anak? Misal anak sudah terbiasa merapihkan mainan sendiri, tetiba ga mau melakukan. Lalu, punishment seperti apa yg "menyenangkan" tapi ngena banget untuk anak seusia itu?

Jawab :
Wa'alaikumsalam wr wb Bunda Lusi..

Ada baiknya jika pemberian _punishment_ merupakan pilihan terakhir setelah berbagai hal telah kita upayakan, dan alangkah baiknya jika hal tsb merupakan kesepakatan dari kedua belah pihak, anak dan orangtua. Jangan sampai ketika anak melakukan suatu kesalahan (yg bukan dlm hal syariat yaa) kita langsung menghukumnya. Ajak anak dialog, buatlah kesepakatan.

Beberapa hal berikut ini perlu kita upayakan sebelum kita menghukum anak.
1. Orangtua harus menjadi teladan yg baik, termasuk dlm hal kedisiplinan.

2. Jika anak melakukan kesalahan, jangan dicela namun berilah nasihat yg santun. Tegurlah perbuatannya, bukan pribadinya. Contoh: "perilakunya salah, Nak" bukan "dasar anak nakal."

3. Beri anak pemahaman/penjelasan ttg sikap disiplin yg kita harapkan dicapai anak.

4. Tanamkan pendidikan adab sejak usia dini.

5. Jangan memarahi anak di depan orang lain krna akan merusak harga dirinya.

6. Jangan mengancam anak dgn sesuatu yg sebenarnya tidak akan dilakukan orgtua. Misal: "Kalau ga mau makan, Mama tinggal nih."

7. Jadikan hukuman sbg pilihan terakhir setelah proses2 di atas (teladan, transfer nilai, pembiasaan) telah dilakukan namun anak masih melanggar. Semoga bermanfaat ya Mba✅

Tidak ada komentar:

Posting Komentar